Alasan Dolar AS Semakin Perkasa

Rabu, 17 Oktober 2018 | 17:25 WIB
Alasan Dolar AS Semakin Perkasa
Gerai penukaran mata uang asing di ITC Kuningan, Jakarta, Jumat (29/6) .
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dolar Amerika Serikat terus menunjukan keperkasaannya hingga membuat mata uang negara-negara lain lemah tak berdaya dibuatnya.

Pastinya ada alasan mengapa dolar AS bisa kian perkasa. Ekonom dari Universitas Indonesia Lana Soelistianingsih mengatakan, penguatan dolar AS lebih disebabkan oleh kondisi perekonomian negara Paman Sam itu.

Awal mulanya dari salah satu kebijakan Presiden Donald Trump yang memangkas pajak penghasilan perusahaan dari 35 persen menjadi 21 persen.

Lulusan Master di VanderBilt University ini melanjutkan, dengan pemangkasan pajak itu membuat penerimaan negara AS dari pajak turun.

Sehingga, dengan penerimaan negara yang mengalami penurunan dan pengeluaran negara tetap, membuat defisit anggaran AS meningkat.

"Nah defisit yang nambah itu ditutup oleh utang, ketika utang naik, imbal hasil naik. Imbal hasil naik menunjukkan obligasi murah, jadi pada beli. Jadinya pada butuh dolar, nah dolarnya menguat‎," kata Lana saat dihubungi Suara.com.

Mata Uang Negara Berkembang Jadi Korban Keperkasaan Dolar AS

Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, ‎penguatan dolar AS pastinya berdampak pada nilai tukar mata uang lainnya.

Salah satunya, adalah mata uang negara berkembang seperti Indonesia, Argentina, serta yang lainnya.

Hal ini karena, perdagangan antara negara berkembang menggunakan dolar AS. Sehingga, jika impor negara berkembang tersebut banyak dan neraca perdagangannya defisit, maka permintaan dolar AS naik, dan ini yang akan membuat ‎dolar semakin perkasa.

"Dolar AS menguat terhadap mata uang negara berkembang, bukan berarti dolar AS pasti menguat terhadap major Currency," ‎jelas Ariston.

Sedangkan, Lana mengatakan, ‎imbas dolar AS menguat lebih dirasakan oleh negara yang mempunyai perjanjian atau mitra-mitra dagang dengan Amerika Serikat.

Namun, mata uang di dunia termasuk rupiah melemah bukan karena penguatan dolar AS semata. Ada alasan lain yang bisa menyebabkan mata uang suatu negara melemah.

Dosen Fakultas Ekonomi UI ini mencontohkan, pelemahan yang dialami rupiah. Tentunya, terdapat isu dalam negeri yang membuat rupiah juga melemah.

Misalnya, pada saat defisit transaksi berjalan atau current account defisit (CAD) yang tinggi bisa membuat rupiah melemah.

"‎Memang benar gara-gara dolar menguat, tapi bukan satu-satunya faktor. Faktor lain juga yang bisa kita akui dalam negeri‎," imbuh Lana.

Kenapa Dolar AS Lebih Dominan?

‎Ariston mengungkapkan, lebih dominannya dolar AS terhadap mata uang lainnya, karena Amerika Serikat merupakan negara Adikuasa.

Dengan begitu, negara-negara maju maupun berkembang akan membandingkan mata uangnya dengan dolar AS.

"Pemakaian dolar AS paling banyak di negara-negara seluruh dunia," tutur Ariston.

Sementara, Lana melihat lebih domin‎an dolar AS terhadap mata uang lainnya disebabkan ‎oleh 80 persen perdagangan negara-negara di dunia menggunakan dolar AS untuk transaksinya.

Maka dari itu, dolar AS pasti dibutuhkan dan lebih dominan dibandingkan negara lainnya.

"Jadi, negara manapun juga semuanya mintanya dolar AS. Dagang sama uni eropa juga mintanya dolar AS. Dengan dolar dimana-mana likuiditasnya otomatis makin besar kebutuhannya," imbuh Lana.

Dolar AS Menguat ‎Apakah Bahaya?

Ternyata dolar AS menguat tidak terlalu bahaya bagi beberapa negara. Lana menerangkan, dengan penguatan dolar AS ini membuat sentimen baik negara-negara mitra dagang AS.

‎"Misalnya Cina, enggak ada isu perdagangan jadinya dolar AS menguat, dan Yuan melemah, malah seneng Cina. Karena barang Cina lebih murah dibanding Amerika Serikat," jelas dia.

Menurut dia, penguatan dolar AS ini akan terus berlangsung selama kebijakan Presiden Donald Trump berlangsung.

"Dolar selama AS m‎encari utang bakal terus menguat," tutup dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI