"Dengan produksi jagung yang terus meningkat setiap tahunnya, saya tidak setuju adanya impor jagung. Saat ini, petani sedang menikmati hasil panen dengan harga yang cukup tinggi karena kualitas jagung yang dihasilkan baik," ujar Fadeli.
"Adanya impor jagung dapat mengakibatkan kesejahteraan petani turun," tambahnya.
Panen jagung di Desa Kakat Penjalin yang mencapai 120 ha pada Oktober 2018, provitas bisa mencapai 10,6 ton per ha, jauh diatas rata-rata provitas kabupaten. Saat ini, meski musim kemarau, perkiraan panen jagung di Kabupaten Lamongan pada Oktober 2018 sekitar 7 ribu ha.
Bupati Lamongan juga menyampaikan permohonan bantuan dan dukungan pemerintah, baik benih, pupuk, alsintan dan sarana lainnya, untuk mewujudkan pertanian modern di wilayah Kabupaten Lamongan. Bantuan tersebut sangat penting untuk mewujudkan provitas jagung 2019, yang ditargetkan mencapai 10 ton per ha.
Baca Juga: Kementan: Musim Kemarau, Panen Padi Justru Melimpah
"Selain itu, agar terjadi peningkatan modernisasi tanam yang saat ini sekitar 60 persen bisa menjadi 80 persen pada tahun 2019," tambahnya.
Senada dengan Bupati Lamongan, Kepala BKP dalam sambutannya mengungkapkan keprihatinan dan ketidaksetujuan atas isu kelangkaan ketersediaan jagung, sehingga mendorong untuk impor. Menurutnya, ide untuk melakukan impor jagung sangat memukul usaha petani yang sedang melakukan panen.
Ia menyatakan, para pelaku usaha mestinya tidak perlu khawatir kekurangan pasokan jagung, apalagi sampai mau melakukan impor.