Rupiah Tertekan Dolar AS, Daya Beli Masyarakat Diprediksi Menurun

Selasa, 02 Oktober 2018 | 19:42 WIB
Rupiah Tertekan Dolar AS, Daya Beli Masyarakat Diprediksi Menurun
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bima Yudhistira. [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pengamat dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara‎ menyatakan, pelemahan rupiah bisa berdampak ke sektor konsumsi. Salah satunya, daya beli masyarakat akan turun.

Bhima menjelaskan, ‎dengan makin tingginya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS maka ongkos produksi akan mahal. Sehingga, produsen barang dan jasa akan menaikkan harga imbas dari ongkos produksi yang naik.

"Harga di level produsen sudah naik, jadi tinggal tunggu waktu pengaruh ke harga jual. Baru nanti ketika harga akan naik daya beli juga mulai tergerus," ujar Bhima saat dihubungi Suara.com, Selasa (2/10/2018).

Bhima menuturkan, pelemahan daya beli juga tercermin dari tingkat inflasi September ‎2018 yang mengalami deflasi 0,18 persen. Dengan deflasi, sambung Bhima, justru menunjukkan perekonomian sedang tidak beres.

"‎Pelaku pasar juga mencermati efek pengumuman inflasi bulan September 2018 yang tercatat deflasi 0,18 persen. Deflasi menunjukkan konsumsi rumah tangga melambat," imbuh dia.

‎Untuk diketahui, rupiah kembali tersungkur terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Pada hari ini (2/10/2018) nilai tukar rupiah telah menyentuh Rp 15.000 per dolar AS.

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari ini berada di level Rp 15.042 per dolar AS. Posisi tersebut melemah dibandingkan pada pergerakan sebelumnya di level Rp 14.910 per dolar AS.

Sementara, berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini berada di level Rp 14.988 per dolar AS. Posisi itu juga melemah dari hari sebelumnya di level Rp 14.905 per dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI