Suara.com - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengungkapkan bahan makan menyumbang deflasi pada September 2018. Pada September, kelompok bahan makan deflasi 1,62 persen.
Dia menjelaskan, harga daging ayam ras ikut andil dalam deflasi bahan makanan dengan deflasi 0,13 persen. Selain itu, harga bawang merah yang turun juga ikut andil dengan tingkat deflasi 0,15 persen.
"Ikan merah segar deflasi 0,04 persen, demikian juga untuk beberapa sayuran dan telur ayam masing-masing deflasi 0,03 persen, cabai rawit 0,02 persen, dan selebihnya berbagai kmoditas sayuran," kata Suhariyanto di kantornya, Senin (1/10/2018).
Suhariyanto melanjutkan, deflasi juga disumbangkan oleh kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan deflasi 0,05 persen. Menurut dia, deflasi tersebut karena adanya biaya transportasi udara yang turun.
Baca Juga: BPS: September 2018 Alami Deflasi 0,18 Persen
"Jadi secara umum tarif angkutan udara di 82 kota mengalami penurunan, kecuali di beberapa kota seperti Bengkulu. Karena puncaknya di Ramadhan dan Lebaran sehingga permintaan turun," jelas dia.
Sementara,untuk makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau masih mengalami inflasi sebesar 0,29 persen. Sedangkan, untuk perumahan untuk perumahan, air listrik gas dan bahan bakar masih inflasi 0,21 persen.
"Komoditas makanan jadi sebetulnya kecil-kecil, tapi dikumpulkan itu 0,05 persen, diantaranya mie, rokok kretek dan filter masing-masing 0,01 persen. Untuk perumahan Ada kenaikan untuk upah tukang yang bukan mandor," tutup dia.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan pada September 2018 mengalami deflasi 0,18 persen. Artinya, pada September tersebut harga-harga sejumlah barang mengalami penurunan.
Dengan deflasi sebesar 0,18 persen ini, berarti tingkat inflasi tahun kalender (Januari-September 2018) 1,94 persen, sementara inflasi yoy (September 2017-September 2018) 2,88 persen.
Baca Juga: Kementan: Publik Tunggu BPS untuk Pendataan Beras