Sementara itu, Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan, investasi dan pembiayaan di sektor pariwisata memiliki banyak sumber pembiayaan yang bisa digali, baik dari dalam maupun luar negeri.
"Salah satu tujuan Annual Meeting IMF-WB adalah mendatangkan investasi. Sebab itu, pemerintah sudah memulainya dengan berinvestasi untuk pondasinya. Pembangunan infrastruktur pariwisata tidak bisa sepenuhnya pemerintah. Idealnya 50:50 dengan swasta," jelasnya.
Tidak hanya investasi dari asing, menpar menyatakan terus mengupayakan investasi dari dalam negeri. Menurutnya, sumber yang umum adalah pembiayaan dari Usaha Jasa Keuangan/Industri Keuangan Bank (IKB), seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Pariwisata (FLPP) atau Kredit Usaha Rakyat (KUR) pariwisata.
"Ada juga pembiayaan yang bersumber dari Industri Keuangan Non Bank (IKNB), seperti dari perusahaan asuransi untuk mendukung keselamatan wisatawan selama berlibur, dari lembaga pembiayaan (multifinance), atau dari dana pensiun," sebut menpar, yang membawa Kemenpar di posisi nomor 1 dan terpilih sebagai #TheBestMinistryOfTourism2018 se-Asia Pacific di Bangkok.
Baca Juga: Menpar: Pariwisata Merupakan Sektor Andalan Penghasil Devisa
Pembiayaan bisa juga bersumber dari pasar modal, sengan menggunakan instrumen reksadana, misalnya Reksadana Terpadu Pariwisata atau obligasi.
“Sampai 2019, sektor pariwisata membutuhkan investasi dan pembiayaan sebesar Rp 500 triliun. Besarnya kebutuhan investasi dan pembiayaan di sektor pariwisata, kita coba petakan dan bahas dalam Rakornas Pariwisata III/2018,” pungkas Arief.