Penghitungan sementara Bappenas ini menggunakan asumsi pengeluaran para peserta mencapai 150 dolar AS per hari, diluar akomodasi dan biaya perjalanan lainnya, dengan potensi belanja lebih tinggi, apabila upaya memaksimalkan kegiatan wisata benar-benar terwujud. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan menyakini kegiatan akbar ini bisa memberikan dampak kepada ekonomi Bali serta mendorong kegiatan pariwisata di pulau dewata dan sekitarnya, karena tamu yang datang sebagian besar merupakan para pejabat tinggi dalam bidang ekonomi.
"Kebanyakan yang datang bukan turis 'backpacker', tapi relatif berada. Namun yang terpenting adalah forum ini merupakan momentum untuk memperkenalkan Indonesia, karena belum banyak yang tahu Indonesia ini sebesar apa," kata Luhut yang merangkap Ketua Panitia Pertemuan IMF-Bank Dunia.
Hingga pertengahan September 2018, Kementerian Pariwisata mencatat sebanyak 3.200 orang delegasi sudah mengunjungi laman resmi untuk mencari informasi mengenai 33 paket wisata yang ditawarkan disekitar Bali dan 302 diantaranya atau sembilan persen sudah memesan paket tersebut.
Bali sudah siap Untuk penyelenggaraan acara ini, Bali sudah melakukan pembenahan dengan membangun "underpass" Ngurah Rai, memperluas pelabuhan Benoa, menata Tempat Pembuangan Akhir Sarbagita Suwung, serta menyelesaikan Garuda Wisnu Kencana yang baru diresmikan Presiden Joko Widodo.
Berbagai upaya untuk membangun citra positif ini diupayakan agar pertemuan akbar dapat berjalan lancar serta nyaman dan para peserta mau berkunjung kembali ataupun merekomendasikan Indonesia sebagai destinasi wisata dunia.
Sebelumnya, Bali pernah menjadi tuan rumah berbagai pertemuan internasional berskala besar seperti pertemuan APEC di 2013 dengan jumlah delegasi mencapai 5.000 orang dari 21 negara serta pertemuan COP-UNFCCC di 2007 dengan jumlah delegasi 10.000 orang dari 189 negara.
Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan Bali siap untuk menjadi tuan rumah perhelatan berskala besar yang akan menyelenggarakan 2.000 pertemuan di tingkat bilateral, regional dan multilateral serta berbagai konferensi, seminar, forum maupun side events lainnya.
Menurut dia, seluruh komponen masyarakat Bali, mulai dari tingkat kota sampai desa, siap menyukseskan pertemuan dan telah mendapatkan informasi untuk mengetahui tujuan maupun manfaat ekonomi dari penyelenggaraan "mega-meeting" ini.
Tidak hanya itu, pendekatan spiritual keagamaan dan tradisi yang dimiliki masyarakat Bali juga menjamin keamanan para peserta, sehingga perhelatan ini mendapatkan garansi akan berlangsung dengan nyaman dan sangat aman.
"Sebagai sebuah daerah wisata, Bali memang sudah siap untuk menyambut jalannya pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia," kata Koster. Koster mengharapkan kegiatan ekonomi di kawasan juga meningkat karena pertemuan ini dapat meningkatkan jumlah tenaga kerja, tingkat hunian hotel, kebutuhan makanan dan minuman serta berbagai akomodasi pendukung lainnya.