“Kami akan menyediakan tenaga ahli untuk mengajar, alat peraga dan sebagainya yang dibutuhkan industri di Indonesia. Program ini secepatnya akan dilaksanakan,” ujarnya.
Handry menyebutkan, ada empat sektor yang difokuskan GE dalam pengembangan pendidikan vokasi Indonesia, yakni untuk industri penerbangan, infrastruktur energi, kesehatan, dan digital.
Menurutnya, pertumbuhan empat sektor tersebut terus melaju kencang sehingga peluang penyerapan ahli yang dihasilkan oleh sekolah vokasi akan sangat besar.
“Di Indonesia, penumpang pesawat tumbuh terus, kebutuhan listrik juga tinggi, bahkan digitalisasi akan jadi pendorong ekonomi masa depan. Kami ingin pendidikan vokasi di bidang itu harus segera dimulai," tuturnya.
Bahkan, GE akan transfer teknologi untuk pengembangan inovasi baterai, energi terbarukan, dan listrik pedesaan.
Dalam mendukung industri 4.0 di Indonesia, GE akan memulai bisnis teknologi 3D printing untuk logam pada triwulan III tahun 2018. Setiap mesin diperkirakan membutuhkan investasi sebesar lebih dari 1 juta dolar AS.
“Kalau anda suplier perusahaan otomotif, kami akan siapkan peralatan, teknologi, dan risetnya. Jadi, pengembangannya bisa dibuat di sini. GE telah menggunakan teknologi 3D printing untuk memproduksi komponen pesawat pada mesin-mesin buatan kami,” kata Handry.
Di samping itu, GE mendukung program pemerintah dalam penggunaan Biodiesel 20 (B20) dalam rangka penghematan devisa dari impor migas.
Melalui salah satu divisi usaha mereka, GE Transportation berencana membuat kajian lanjutan di Amerika Serikat mengenai penggunaan B20 di mesin lokomotif kereta api.