Suara.com - Bank Indonesia (BI) meminta masyarakat dan pelaku usaha untuk tidak terlalu khawatir dengan pelemahan rupiah terhadap dolar AS saat ini.
Menurut Deputi Gubernur Bank Indonesia Mirza Adityaswara, pelemahan rupiah ini tidak akan membuat kondisi perekonomian Indonesia terpuruk seperti pada tahun 1998.
Pada tahun 1998, krisis moneter terjadi di Indonesia. Harga-harga kebutuhan pokok pun melambung tinggi. Bahkan, rupiah menyentuh di level Rp 16.650 per dolar AS.
"Enggak perlu dikhawatirkan, karena fundamental ekonomi kita kuat. Jadi (masih) aman," kata Mirza saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Senin (10/9/2018).
Mirza pun mengungkapkan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS karena faktor eksternal seperti perbaikan ekonomi Amerika Serikat. Selain itu, lanjut dia, faktor internal juga mempengaruhi pelemahan rupiah terhadap dolar AS.
"Jadi, sekarang ditambah lagi dengan faktor internal, terkait dengan current account deficit yang mendekati 3 persen dari PDB," jelas dia.
Meski dari itu, Mirza menuturkan BI akan mengerahkan segala cara agar rupiah menjadi stabil terhadap dolar AS. Salah satunya dengan menaikkan suku bunga acuan atau BI 7day Reverse Repo Rate yang kini sebesar 5,5 persen.
"Kenaikan suku bunga juga turut mendukung upaya menurunkan current account deficit," pungkas dia.