Bantu Rupiah, Pindad Ekspor Senjata ke 5 Negara Termasuk Myanmar

Jum'at, 07 September 2018 | 19:21 WIB
Bantu Rupiah, Pindad Ekspor Senjata ke 5 Negara Termasuk Myanmar
ILUSTRASI - Kendaraan taktis lapis baja dan antipeluru pabrikan PT. Pindad milik TNI Angkatanā€ˇ Darat [suara.com/Erick Tanjung]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kementerian Badan Usaha Milik Negara ikut berperan memperkuat nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, yang kekinian tengah terpuruk. Salah satunya dengan mendorong eskpor produk-produk BUMN yang bergerak di bidang industri strategis.

Adapun BUMN industri strategis yang pada tahun ini berkomitmen mengekspor produknya yakni PT Pindad (Persero), PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, PT Industri Kereta Api/INKA (Persero), PT Barata Indonesia (Persero) dan PT Dirgantara Indonesia (Persero).

"Komitmen ekspor tersebut akan tetap kami jaga demi mendukung penguatan Rupiah. Di lain sisi, ini menjadi kebanggaan bagaimana produk BUMN diakui oleh dunia," kata Deputi Bidang Pertambangan, Industri Strategis, dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno dalam keterangan tertulis, Jumat (7/9/2018).

Fajar menerangkan, pada tahun ini, Pindad memproyeksikan dapat mengekspor produk senjata, munisi dan kendaraan tempurnya ke Thailand, Brunei, Myanmar, Korea Selatan, Perancis serta untuk mendukung misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Nilai yang ditargetkan dalam ekspor ini mencapai Rp 78 Miliar.

Baca Juga: Jadi Cawapres, Ma'ruf Amin Minta Dukungan Ustaz Arifin Ilham

Kemudian, PT INKA yang telah memiliki kontrak ekspor kereta dengan Filipina dan Bangladesh dengan nilai masing-masing mencapai Rp 1,36 Triliun dan Rp 126 Miliar.

Sementara PT Krakatau Steel menargetkan ekspor baja hot rolled coil ke Malaysia dan Australia akan mencapai Rp 907 Miliar pada 2018.

Sedangkan Barata Indonesia akan mengekspor komponen perkeretaapian ke Amerika, Afrika dan Australia dengan target nilai mencapai Rp 210 Miliar.

"Ada pula PT Dirgantara Indonesia yang berkomitmen ekspor pesawat terbang jenis NC212i ke Filipina dengan nilai PHP 813 juta dan CN235 ke Vietnam dengan nilai USD 18 juta," ujar Harry.

Untuk diketahui, rupiah sempat mengalami pelemahan tertinggi sejak zaman krisis moneter 1998 yakni di level Rp 15.000 per 1 dolar AS.

Baca Juga: Hadapi Oman, Fakhri Pastikan Pemain Timnas Indonesia U-16 Fit

Akan tetapi, Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dolar (JISDOR) Bank Indonesia, perdagangan rupiah pada 7 September 2018 rupiah berada di level Rp 14.881 per Dolar AS.

Level tersebut naik dibandingkan hari sebelumnya di level Rp 14.891 per Dolar AS.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI