Suara.com - Pelemahan nilai tukar rial terhadap dolar Amerika Serikat masih terus berlangsung. Pemerintah Iran sampai saat ini belum bisa menemukan obat mujarab untuk memperkuat kembali mata uang negara yang kaya akan minyak tersebut.
Dilansir dari Times of India, pelemahan rial ini merespon pernyataan Gubernur Bank Sentral Iran, Abdolnaser Hemmati yang menyatakan akan berhati-hati dalam mengalokasikan Valas dengan suku bunga pemerintah.
Hal ini menandakan ada potensi kekurangan mata uang yang beredar di masa depan. Depresiasi rial ini diakibatkan oleh perekonomian yang melemah.
Plus, Amerika Serikat akan menjatuhkan sanksi kepada industri minyak Iran. Sanksi ini akan berlaku pada November 2018.
Kondisi ini membuat nilai tukar rial berfluktuasi. Bank-bank kesulitan keuangan dan ada permintaan besar untuk dolar yang takut dolar AS ditarik ke Amerika Serikat.