Suara.com - Pengamat Energi dan Pertambangan dari Armila & Rako Eva A.Djauhari mengatakan, Nicke Widyawati yang telah ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) harus segera menyelesaikan rencana peleburan Pertagas ke PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGN) yang dinilai menyebabkan laba Pertagas yang sebelumnya 100 persen milik Pertamina menjadi terkonsolidasi.
Menurut Eva, menurunnya laba bersih PGN merupakan imbas dari kebijakan pemerintah yang mengatur harga gas industri melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 40 tahun 2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi.
Pasal 3 peraturan yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 3 Mei 2016 tersebut menitahkan, harga gas bumi ditetapkan tidak lebih dari 6 dolar AS per MMBTU.
Namun, jika harga gas bumi tidak dapat memenuhi keekonomian industri dan lebih tinggi dari 6 dolar AS per MMBTU, perusahaan distributor gas bumi seperti PGN juga harus menunggu penetapan harga tertinggi dari Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Dia mengatakan, tugas Pertamina juga semakin berat sebab selain berperan menjaga inflasi, perusahaan juga ke depan mesti menjaga porsi impor minyak mentah maupun BBM yang saat ini jumlahnya mencapai 734 ribu barel per hari (bph) demi memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tahun lalu, kata Eva, defisit perdagangan minyak Indonesia mencapai 14,7 miliar dolar AS. Impor tersebut membuat rupiah terus mengalami pelemahan.
"Juga cadangan devisa terkuras. Selain berat, banyak putusan-putusan strategis perusahaan dan manajerial segera diambil," ucap Eva, Rabu (29/8/2018).
Untuk diketahui, Nicke Widyawati telah resmi diangkat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menggantikan Elia Massa Manik.
Nicke Widyawati rupanya memang telah berkecimpung di Pertamina sejak November 2017 lalu. Nicke Widyawati pada saat itu menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) sekaligus merangkap Plt. Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur.