Suara.com - Pengamat Energi dan Pertambangan dari Armila & Rako Eva A.Djauhari mengatakan, Nicke Widyawati yang telah ditunjuk menjadi Direktur Utama PT Pertamina (Persero) harus bisa menyelesaikan sejumlah persoalan.
Sejumlah persoalan tersebut diantaranya soal jual rugi premium dan penolakan pembentukan holding BUMN minyak dan gas bumi oleh karyawan.
Dia mengatakan, Pertamina mengemban tugas menjalankan kebijakan harga jual eceran premium dan solar yang telah diputuskan tidak mengalami kenaikkan.
"Sedangkan kita tahu harga minyak dunia sudah melewati 65 dolar AS per barel. Harga ini jauh di atas harga minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) yang ditetapkan dalam APBN 2018 sebesar 48 dolar AS per barel. Tahun depan, ICP diperkirakan rata-rata 70 dolar AS per barrel," ujar Eva, Rabu (29/8/2018).
Eva mengatakan, ancaman lainnya, Pertamina menghadapi kurs rupiah yang terus melemah atas dolar AS.
"Kita tahu bahwa kita sangat tergantung pada impor minyak yang harganya ikut naik. Pertamina harus nombok sebab harga premium ditahan di level Rp 6.450 per liter dan Solar Rp 5.150 per liter," imbuh Eva.
Untuk diketahui, Nicke Widyawati telah resmi diangkat sebagai Direktur Utama PT Pertamina (Persero) menggantikan Elia Massa Manik.
Nicke Widyawati rupanya memang telah berkecimpung di Pertamina sejak November 2017 lalu. Nicke Widyawati pada saat itu menjabat sebagai Direktur Sumber Daya Manusia (SDM) sekaligus merangkap Plt. Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur.