Suara.com - Venezuela dilanda krisis ekonomi. Krisis yang dialami Venezuela ini sebenarnya sudah dimulai sejak tahun 2013, yaitu sejak kematian mantan Presiden Venezuela, Hugo Chavez.
Namun tahun ini, Venezuela berada di ambang kehancurannya karena tingkat inflasi yang sangat tinggi. Hal ini membuat warga menjadi tidak tahan untuk menjalani hidup di negaranya sendiri.
Untuk menghindari krisis tersebut, puluhan ribu warga Venezula memutuskan untuk meninggalkan negaranya tersebut. Mereka berjalan kaki melintasi perbatasan karena ingin mencari kehidupan yang lebih baik di Brasil, Kolombia, Ekuador, Peru, dan negara lainnya. Migrasi tersebut sudah terlihat sejak Sabtu (25/8/2018).
Sejak tahun 2014, lebih dari dua juta orang Venezuela telah meninggalkan negara ini. Hal tersebut lantaran Venezuela sering mengalami pemadaman listrik, dan kekurangan air, serta kekurangan makanan dan persediaan medis.
Baca Juga: Pertemuan Sekjen Parpol Koalisi Prabowo-Sandiaga Digelar Rutin
Dilansir melalui BBC, berdasarkan data PBB, sebanyak 26 ribu warga Venezuela tiba di Peru pada 2017. Namun, kepala imigrasi Peru, Eduardo Sevilla, mengatakan jumlah warga Venezuela yang masuk negaranya jauh lebih besar sejak tahun lalu.
Menurutnya, warga Venezuela yang berada di Peru saat ini mencapai 400 ribu orang. Komisaris Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pengungsi Filippo Grandi, mendesak Peru dan Ekuador untuk "terus membiarkan mereka yang membutuhkan perlindungan internasional untuk mengakses keamanan dan mencari suaka".
Perdana Menteri Peru César Villanueva mengatakan, diberlakukannya paspor di perbatasan bukan berarti Peru "menutup pintu" bagi para migran dari Venezuela.
Hanya saja, César mengatakan bahwa kartu tanda penduduk Venezuela tidak memberikan cukup informasi cukup dan dapat dengan mudah dipalsukan.
Selain itu, selama tiga tahun terakhir, sekitar 3 ribu orang Venezuela memasuki Kolombia setiap hari. Negara itu memberikan tempat tinggal sementara kepada lebih dari 800 ribu orang.