Suara.com - Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada kuartal II 2018 tercatat sebesar 355,7 miliar dollar AS, terdiri dari utang pemerintah dan bank sentral sebesar 179,7 miliar dollar AS, serta utang swasta sebesar 176,0 miliar dolar AS.
Angka tersebut tercatat tumbuh 5,5 persen (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 8,9 persen (yoy).
Berdasarkan data Statistik Utang Luar Negeri Bank Indonesia (BI) yang dikutip Suara.com Indonesia, Kamis (23/8//018) Adapun lima pemberi utang terbesar hingga kuartal kedua tahun ini adalah: Singapura, Jepang, Cina, Amerika Serikat dan Hong Kong. Singapura tercatat memberi pinjaman 55,67 miliar dollar AS dan Jepang sebesar 28,66 miliar dollar AS. Sementara utang dari Cina sebanyak 16,32 miliar Amerika Serikat 15,43 miliar dollar AS dan Hong Kong 13,26 miliar dollar AS.
Dengan perkembangan tersebut, ULN Pemerintah pada akhir kuartal II 2018 tumbuh 6,1 persen (yoy), melambat dibandingkan kuartal I 2018 sebesar 11,6 persen (yoy) menjadi sebesar 176,5 miliar dollar AS.
Baca Juga: Ini Alasan Indonesia Tarik Utang Rp 14,5 Triliun dari ADB
Jumlah itu terbagi dari SBN (SUN dan SBSN/Sukuk Negara) milik non-residen sebesar 122,3 miliar dollar AS dan pinjaman dari kreditur asing sebesar 54,2 miliar dollar AS.
ULN swasta pun juga tumbuh melambat, terutama pada sektor industri pengolahan dan pengadaan listrik, gas, dan uap/air panas (LGA).
Sementara itu, pertumbuhan ULN sektor pertambangan dan sektor keuangan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pangsa ULN keempat sektor tersebut terhadap total ULN swasta mencapai 72,2 persen, relatif sama dengan pangsa pada triwulan sebelumnya.