Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah mengeluarkan kebijakan menaikkan bea masuk baja dan aluminium hingga dua kali lipat.
Hal ini membuat perekonomian global menjadi bergejolak, terutama negara Turki yang mata uangnya mengalami lonjakan akibat dari kebijakan tersebut.
Pasca dikeluarkannya kebijakan tersebut, seketika anjlok hingga 18 persen terhadap dolar AS. Depresiasi itu merupakan penurunan harian yang terdalam sejak tahun 2001.
Tak hanya Turki, mata uang negara lain juga anjlok. Seperti Singapura yang turun 0,7 persen, Hong Kong turun 1,83 persen dan Tokyo anjlok nyaris 2 persen.
Indonesia pun tak ketinggalan terkena dampak krisis ekonomi Turki dengan nilai tukar rupiah yang tembus Rp 14.600, terendah sejak September 2015, dan IHSG yang terkoreksi 2,5 persen di hari Senin.
Selain itu, dilansir dari CNN Internasional, nilai tukar bolivar, mata uang Venezuela, pun rontok. Mengutip CNN, 1 dolar AS masih setara dengan 8 bolivar di tahun 2010.
Namun, saat ini bolivar sudah terdepresiasi sangat tajam. Data Reuters hari Senin menunjukkan 1 dolar AS setara dengan 248.209,92 bolivar (Rp 17.534). Selama setahun, bolivar mengalami pelemahan hingga 2,7 juta persen.