Suara.com - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Esa Suryaningrum mengatakan, tahun 2018 banyak momen yang bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak perekonomian seperti Lebaran dan Pilkada Serentak.
Namun masalahnya, kata Esa, tahun politik dan Lebaran ternyata tak otomatis membuat konsumsi rumah tangga masyarakat kian menguat. Hal ini terlihat dari lonjakan inflasi yang cukup tajam.
“Inflasi Mei 0,21 persen, kemudian melonjak di Juni 0,88 (jadi 0,59 persen). Jadi lonjakannya sangat tajam," kata Esa dalam sebuah acara diskusi di Jakarta Selatan, Selasa (3/7/2018).
Meskipun inflasi relatif rendah dibandingkan tahun lalu, Namun, Esa menyatakan Indef menggarisbawahi bahwa inflasi Mei ke Juni sangat tajam lonjakannya.
“Daya beli masyarakat tentunya bukan menguat malah melemah karena lonjakan inflasi Mei ke Juni melonjak tajam. Ini perlu diperhatikan pemerintah bahwa momen ini belum bisa mendongkrak perekonomian,” ujarnya.
Selain itu, lanjut Esa alasan Pilkada belum bisa mendongkrak daya beli masyarakat karena pilkada saat ini, kata dia, tidak seperti dulu dimana parpol banyak melakukan belanja langsung ke masyarakat.
Seperti melalui konvoi dan lainnya. Dan hal itu ternyata bisa menggenjot daya beli, karena multi plier effectnya cukup efektif.
“Dengan begitu, akan berefek ke konsumsi. Tapi saat ini, pilkada tak lagi menjadi aktivitas yang bisa menyulut dan menggenjot konsumsi masyarakat,” kata dia.