Suara.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengaku sudah memiliki strategi untuk mengatasi krisis yang tengah dialami oleh PT. Garuda Indonesia.
“Kami sudah rumuskan strategi perbaikan Garuda, jika dilaksanakan sungguh-sungguh Garuda bisa untung kembali dalam waktu kurang dari dua tahun," kata ekonom senior, Rizal Ramli, di Jalan Tebet Barat Dalam IV 5-7, Jakarta, Senin (25/6/2018).
Menurut Rizal, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengganti Menteri BUMN, Rini Soemarno, dengan orang yang lebih kompeten. Selain itu memperbaiki susunan komisaris dan manajemen PT Garuda Indonesia.
"Jadi nggak ada direktur diangkat dari latar belakang penjual minyak. Harus ada the right man in the right place," tegas mantan Menko Maritim dan Sumber Daya ini.
Baca Juga: Rizal Ramli Ungkap Penyebab Garuda Indonesia Dilanda Krisis
Menurut Rizal, kasus Garuda Indonesia ini relatif kecil dibandingkan masalah-masalah yang dihadapi semua BUMN dan perekonomian Indonesia.
Pasalnya, Rizal mengaku memiliki pengalaman menyelamatkan Garuda dari kebangkrutan pada saat menjadi Menko Perekonomian di era Presiden Gus Dur pada 2000-2001.
“Saat itu Garuda tidak mampu membayar kredit sebesar 1,8 miliar dolar AS, pembelian pesawat yang di-mark-up dan leasing yg di-mark-up lebih dari 50 persen pada saat rezim Orde Baru. Konsorsium kreditor yang dipimpin bankir Jerman mengancam akan menyita semua pesawat Garuda yang terbang ke luar Indonesia. saya justru mengancam balik akan mengajukan konsorsium kreditor tersebut ke pengadilan di Frankfurt, Jerman, karena menerima bungaodious interest (bunga najis) dari pembiayaan mark up tersebut. Jika terbukti di pengadilan, maka harga saham dari konsorsium bank tersebut akan turun, harus bayar denda, dan kemungkinan eksekutifnya kena pidana,” katanya.
Ia menjelaskan, bahwa saat itu, sejumlah ekskutif konsorsium bank tersebut tergopoh-gopoh ke Jakarta dan menemuinya dan kemudian meminta damai.
Rizal Ramli menambahkan, bahwa saat itu ia hanya bisa damai jika dilakukan restrukturisasi kredit 1,8 miliar dollar AS tersebut dengan “token guarantee” (garansi ecek-ecek), yaitu 100 juta dollar AS (5,5 persen dari total loan), dan indirect melalui bank komersial, bukan dari Kementerian Keuangan supaya negara terhindar dari risiko default.
Baca Juga: Musim Mudik, Garuda Indonesia Tambah 150.510 Kursi
“Ya, awalnya konsorsium bank tersebut mula-mula ngotot minta full guarantee (1,8 miliar dollar AS) tapi akhirnya menyerah terhadap tuntutan saya,” ujarnya.