Suara.com - Mantan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Rizal Ramli mengungkapkan krisis yang tengah dialami PT. Garuda Indonesia Airways akibat mismanajemen dan ketidakmampuan serta ketidakprofesionalan Menteri BUMN Rini Soemarmo.
“Sebenarnya setiap korporasi kalau mengalami kerugian itu wajar, tapi perusahaan harus memiliki strategi untuk membalikkan situasi atau turn around strategi. Kasus Garuda adalah contoh dari mismanajemen dan ketidakmampuan, ketidakprofesionalan Menteri BUMN Rini Soemarmo,” kata Rizal di Jakarta, Senin (25/6/2018).
Menurut Rizal, sedikitnya ada lima masalah utama yang membelit Garuda Indonesia saat ini.
Pertama, pengangkatan direksi tidak berlandaskan kompetensi, jumlah direksi terlalu banyak, kedua, manajemen tidak berani mengambil keputusan untuk pembatalan dan rescheduling pembelian pesawat-pesawat yang tidak diperlukan.
Baca Juga: Musim Mudik, Garuda Indonesia Tambah 150.510 Kursi
Ketiga, flight dan rute manajemen payah. Yang dilakukan manajemen kata Rizal, hanya pemotongan biaya via cross cutting, cross the board. Padahal sangat berbahaya jika yang dipotong anggaran disektor training.
“Bisnis penerbangan intinya adalah safety nya. Juga seharusnya direktur operasi tidak dilebur menjadi direktur produksi,” ujarnya.
Keempat, permainan atau patgulipat di Garuda terjadi juga dalam hal pembelian logistik. Sistem pengadaan pun tidak kompetitif, sehingga harga yang dibeli konsumen kemahalan.
Kelima kata Rizal, rute manajemen juga payah. Seharusnya direktur operasi harus dipilih lebih canggih. Strategi marketing Garuda amburadul. Ia mencontohkan, yang seharusnya premium airline malah dicampur dengan strategi low cost carrier, seperti Citylink.
“Padahal Garuda disegani karena reputasi, safety yang tinggi, dan memiliki kualitas pelayanan terbaik di dunia, dengan cara memberikan terlalu banyak discount, bazar discount dan promo tiket, sehingga brand premium Garuda luntur,” ujarnya.
Baca Juga: Menhub Minta Pekerja Garuda Indonesia Tak Main Demo