Suara.com - Saat musim lebaran, biasanya harga jajanan yang disajikan para pedagang kaki lima (PKL) lebih mahal jika dibandingkan dengan hari-hari biasa.
Sejumlah PKL di Solo malah menganggap hal itu suatu yang wajar dan biasa terjadi. Mengingat bahan baku yang mereka beli pun harganya masih tinggi di pasaran.
Ketua Paguyuban PKL Kota Barat, Budiyono, tak menutup mata beberapa PKL kuliner di Kota Barat diketahui rutin mematok harga lebih tinggi saat libur Lebaran.
Kebanyakan PKL yang melakukan tindakan itu yakni mereka yang menjual kuliner dari bahan baku daging-dagingan, mulai dari ayam, bebek, hingga sapi.
Baca Juga: Viral, Anggota LSM Mengaku Wartawan Merusak Lapak Penukaran Uang
Dia memaklumi sikap para PKL yang terpaksa mematok harga lebih tinggi ketimbang hari biasanya dengan alasan menyesuaikan dengan harga bahan baku yang juga naik saat momen Lebaran.
“Kalau naik 10%, biasalah, bisa dimaklumi. Bahan baku kan juga naik, seperti ayam yang tadinya mungkin Rp 30.000/kilogram terus naik jadi Rp 40.000/km saat momen Lebaran. Begitu juga daging sapi yang biasanya Rp 90.000, sekarang jadi Rp 100.000 lebih,” kata Budi.
Budi menyampaikan Pengurus Paguyuban PKL Kota Barat sudah cukup sering berkomunikasi dengan para anggota. Kenaikan harga kuliner saat libur Lebaran juga beberapa kali sempat disinggung.
Dia menegaskan bahwa pengurus paguyuban hanya bisa mengimbau kepada anggota untuk tidak menaikan harga terlalu tinggi dan diharap dapat memasang daftar harga kuliner yang disediakan.
Hal itu penting untuk memberikan kepastian kepada pembeli. Pengurus Paguyuban berpesan jangan sampai PKL mengecewakan pembeli karena bisa mencoreng citra PKL Kota Barat secara menyeluruh dan bahkan nama Kota Solo.
Baca Juga: Kapok Terjebak Macet 3 Jam, Pemudik Ini Pindah Naik Kereta Api
“Memang dari dulu begitu, ada yang pakai daftar harga dan ada juga yang tidak. Memang diserahkan kepada masing-masing PKL. Pengurus yang jelas sudah memberikan imbauan kepada anggota sesuai dengan petunjuk dari Dinas Perdagangan. Dalam hal ini, kami tentu tak memiliki kewenangan untuk memaksa anggota untuk menyediakan daftar harga kuliner yang dijual,” kata Budi yang kesehariannya menjual Markobar.