Lek Rohim bermodal becak barang yang sudah "butut" juga harus bersaing dengan para pengumpul kardus dan plastis bekas lainnya. Kebanyakan dari mereka menggunakan becak motor. Tidak seperti Lek Rohim.
Lek Rohim kemudian menjual kardus dan plastik bekas kepada penadah di Jalan Terminal Meulaboh. Hasil penjualan kardus dan plastik bekas tersebut memang tidak seberapa. Namun Lek Rohim mengaku bersyukur.
"Per kilonya, kalau kardus Rp 1.400. Kalau plastik itu Rp 2.000. Sehari bisa dapat Rp 30.000, kadang lebih," ujar Lek Rohim saat ditemui di samping sebuah kedai kopi di perempatan lampu merah Jalan Nasional kawasan Gampong Rundeng, Meulaboh.
Di tempat itu, menjelang sore biasanya Lek Rohim akan melepas penat seraya minum kopi sesaat setelah menunaikan salat Ashar berjemaah di Masjid An-Nur yang terletak di seberang jalan. Namun, bulan puasa, kedai tutup.
Baca Juga: Intip Bisnis Dimsum Milik Difabel Cantik Asal Gresik
Portalsatu.com jaringan Suara.com mewawancarai pria 53 tahun itu ketika ia baru saja selesai menumpuk kardus dan plastik bekas yang dipungut dari samping ruko tadi ke atas becaknya.
Lelaki yang lahir tahun 1964 ini menceritakan, ia datang ke Aceh dari kampung halamannya sejak 1999 silam. Sebelum gempa dan tsunami melanda Aceh, Desember 2004 silam, ia bersama istrinya, Lili, tinggal di Lorong Kuini, Desa Ujung Baroh, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat.
Pascabencana tersebut, Lek Rohim menjadi salah seorang penerima rumah bantuan dari Yayasan Cinta Kasih Tzu Chi di Gampong Peunaga Paya atau saat ini Gampong Persiapan Peunaga Baro, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat.
"Tapi sekarang sudah kita jual rumah bantuannya. Cuma Rp 15 juta karena butuh duit terpaksa segitu kita jual. Ya mau bagaimana lagi," ujarnya sembari tersenyum menutupi rasa kecewanya karena telah menjual rumah yang menurut informasi, normalnya dihargai hingga Rp 50 juta lebih.
Setelah menjual rumahnya, Lek Rohim pindah ke Lorong Puyuh, Gampong Rundeng, Meulaboh.
Baca Juga: Ratusan Pemudik Asal Surabaya Batalkan Tiket Kereta Api
Di rumah berukuran kira-kira 15x5 meter yang sudah ditempatinya sejak lima tahun lalu itu, tidak terlihat perabotan sama sekali, apalagi peralatan elektronik seperti televisi. Di rumah inilah Lek Rohim tinggal bersama istri dan salah satu anaknya.