Suara.com - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) mencatat ekspor minyak kelapa sawit ke Bangladesh pada April 2018 mengalami kenaikan signifikan sebesar 222 persen di banding Maret 2018.
Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menyebutkan, Bangladesh membukukan kenaikan impornya dari 64,57 ribu ton pada Maret 2018 menjadi 208,10 ribu ton pada April 2018.
"Impor Bangladesh juga bisa dipengaruhi oleh keberhasilan dari misi dagang Kementerian Perdagangan RI bersama Asosiasi Sawit pada Maret 2018," kata Joko.
Selain itu, ia juga memaparkan kenaikan impor oleh Bangladesh ini memanfaatkan kebijakan tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh India, sehingga industri-industri olahan di Bangladesh mendapatkan keuntungan besar.
Kinerja pada April 2018 merupakan rekor pertama Bangladesh dengan impor minyak sawit di atas 200 ribu ton.
Secara yoy pada periode Januari-April 2018, Bangladesh menorehkan kenaikan impor yang cukup signifikan yaitu sebesar 66 persen atau dari 358,87 ribu ton periode Januari-April 2018 terkerek menjadi 595,09 ribu ton periode yang sama di 2018.
Joko menambahkan, meski ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya menurun pada negara-negara tujuan utama, yakni Cina, India, Uni Eropa dan Amerika Serikat, kenaikan ekspor justru terjadi di negara Timur Tengah.
Selain Bangladesh, ekspor meningkat di negara-negara Timur Tengah dan Pakistan. Negara-negara di Timur Tengah mengalami kenaikan ekspor sebesar 39 persen, dari 146,84 ribu ton pada Maret 2018 naik menjadi 204,21 ribu ton pada April 2018.
Sementara itu, Pakistan membukukan kenaikan impor sebesar 0,23 persen atau dari 162,93 ribu ton pada Maret 2018 naik menjadi 163,30 ribu ton pada April 2018.
Menurut Joko, ada fenomena yang tidak lazim karena biasanya menjelang Ramadan, permintaan minyak sawit oleh India meningkat, tetapi tidak di kuartal pertama tahun 2018 ini.