Suara.com - Bank Indonesia dalam beberapa tahun terakhir selalu menggembar-gemborkan gerakan non tunai, hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan instrumen non tunai khususnya dalam setiap kegiatan bertransaksi.
Tapi ternyata, di tengah gencarnya promosi gerakan non tunai, euforia masyarakat untuk menukarkan uang receh setiap jelang Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran selalu meningkat.
Bahkan, Bank Indonesia pun menyediakan uang tunai sebesar Rp 188,2 triliun untuk kebutuhan Lebaran di Indonesia.
Angka tersebut meningkat 15,3 persen bila dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 163,2 triliun.
Baca Juga: Bank Indonesia: 49 Bank Sudah Terkoneksi dengan Lembaga Switching
Dari jumlah tersebut, sebanyak 22,8 persen diperuntukan bagi masyarakat di Jabodetabek.
Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi mengatakan, meningkatnya jumlah uang tunai menjelang Lebaran ini merupakan suatu tradisi atau kultur di Indonesia. Untuk itu, bank sentral juga mendorong peningkatan tersebut.
“Unsur kenaikan, kami selalu bersiap siaga. Kita ini kan memiliki kultur yang sedikit agak berbeda dengan negara Barat sana. Kita ini Timur, yang senang pegang-pegang tunai. Meski ada nontunai, tetap saja di dompetnya ada tunai," ujar Rosmaya di Jakarta, Rabu (23/5/2018).
Selain itu, sambung dia, libur Lebaran tahun ini pun memiliki jangka waktu yang cukup panjang. Jadi, sebagian masyarakat berpikir agar sebagian uangnya disimpan untuk kebutuhan.
"Libur ini agak cukup panjang. Jadi masyarakat bisa simpan dulu untuk kebutuhan," katanya.
Baca Juga: HIPMI Desak Kewenangan Bank Indonesia Diperkuat
Selanjutnya, tunjangan hari raya (THR) bagi pegawai negeri sipil (PNS) dan pensiunan yang akan tiba jauh hari sebelum Lebaran, turut membuat kenaikan jumlah uang tunai.
"Kami juga lihat wacana kenaikan THR PNS, ada uang ketupat atau apa, kami berjaga atau bersiap. Kami dalam posisi bersiap, nanti ditariknya berkurang enggak masalah. Kami sediakan rupiah dalam jumlah yang cukup dan kualitas yang optimal," ujarnya.