Suara.com - Rupiah kembali melanjutkan pelamahannya pada Selasa (15/5/2018) dan tembus di atas Rp 14.000 per dolar AS.
Dalam analisa yang dirilis PT Monex Investindo Futures, aksi teror bom di Surabaya yang terjadi dua hari sebelumnya menjadi sentimen negatif bagi rupiah, meski di Senin (14/5/2018) masih mampu bertahan di bawah Rp 14.000.
Faktor pelemahan rupiah terpengaruh dari faktor eksternal maupun internal.
Dari eksternal, dolar AS yang sebelumnya melemah akibat rilis data-data ekonomi AS yang kurang bagus pada pekan lalu, mendapat momentum penguatan kembali dari kenaikan yield treasury AS.
Baca Juga: Gubernur BI Pastikan Teror Bom Surabaya Tak Pengaruhi Rupiah
Sementara dari internal, neraca perdagangan Indonesia yang tercatat defisit menambah beban bagi rupiah.
Ekspor Indonesia tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,01% (year-on-year) di bulan April, sementara impor melonjak 34,68% yang berdampak pada defisit neraca perdagangan sebesar 1,62 miliar dolar AS.
Sementara pada bulan sebelumnya, neraca perdagangan mencatat surplus 1,09 miliar dolar AS.
Dalam riset Monex, rupiah memiliki peluang menguat pada hari ini, Rabu (16/5/2018) melihat data penjualan ritel AS yang dirilis hari ini yang lebih rendah dari perkiraan.
Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed sebanyak empat kali kemungkinan akan kembali meredup, melihat rilis data ekonomi AS yang kurang bagus belakangan ini.
Baca Juga: Bom Meledak di Surabaya, IHSG dan Rupiah Dibuka Melemah
Rupiah berpotensi bergerak di kisaran Rp 13.960 - Rp 14.060 per dolar AS pada hari ini.