Suara.com - Bank Indonesia menyatakan optimistis bahwa kepercayaan investor terhadap perekonomian domestik masih terjaga dan tidak akan tergerus dengan rentetan aksi teror bom dalam beberapa waktu terakhir.
"Kepercayaan investor kami lihat masih tetap terjaga. Bank Sentral mendukung aparat hukum dan keamanan dalam menangani masalah keamanan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Agusman saat berbincang dengan Antara di Jakarta, Senin.
Bank Sentral juga mendorong aparat penegak hukum untuk memulihkan stabilitas keamanan agar tidak memberikan dampak lanjutan terhadap stabilitas perekonomian.
Ekonom Samuel Sekuritas Ahmad Mikail menilai beberapa serangan teror bom di Surabaya dan Sidoarjo, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018), memberikan sentimen terhadap pelemahan rupiah Senin ini. Namun dampaknya masih terbatas.
Baca Juga: Menkes : Korban Bom Surabaya Alami Luka Bakar Hingga 90 Persen
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antar bank di Jakarta pada perdagangan Senin pagi memang sempat melemah 25 poin menjadi Rp 13.968 dibandingkan dengan posisi sebelumnya Rp 13.943 per dolar AS.
Dia mengatakan investor pada perdagangan Senin ini terpengaruh ekspektasi inflasi di Amerika Serikat yang rendah menyusul data impor pada April di bawah ekspektasi. Sentimen itu menahan penguatan dolar AS lebih tinggi.
Imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat, US Treasury Bill, yang turun menjadi 2,97 persen juga, ujar dia, menahan pergerakan dolar AS.
Salah satu faktor yang menjaga nilai tukar rupiah, yakni sinyal kuat akan dinaikan tingkat suku bunga kebijakan Bank Indonesia (BI 7-Day Repo Rate) dalam waktu dekat.
"Pergerakan nilai tukar rupiah relatif masih stabil terhadap dolar AS," katanya.
Baca Juga: Mau Bom Jembatan Merah, Densus 88 Tembak Mati 2 Teroris
Otoritas Bursa juga mengimbau investor untuk tidak terpengaruh aksi teror dan lebih melihat kondisi fundamental perekonomian domestik yang terus membaik.
"Kepada seluruh pelaku pasar untuk tetap tenang dan beraktivitas secara normal," kata Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Tito Sulistio.
Dia mencontohkan dampak pada teror bom Thamrin 14 Januari 2016, tidak berpengaruh besar terhadap kegiatan di pasar modal.
Pada saat terjadinya teror itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat terkoreksi 77,86 poin atau 1,72 persen di level 4.459,32 poin.
Namun, lanjut dia, koreksi IHSG tersebut hanya reaksi sesaat atau bersifat sementara karena pada penutupan perdagangan sesi II di hari yang sama, IHSG hanya ditutup melemah tipis 0,53 persen dan keesokan harinya justru menguat 0,24 persen.
"Itu menunjukkan investor di pasar modal tidak terpengaruh oleh gerakan teror yang terjadi," paparnya.