Suara.com - Laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia di triwulan pertama 2018 yang tak sesuai dengan harapan pasar rupanya telah menyebabkan nilai tukar rupiah pada Senin sore (7/5/2018) melemah sebesar 40 poin menjadi 13.973 per dolar Amerika Serikat.
"Nilai tukar rupiah mengalami depresiasi terhadap dolar AS menyusul laporan ekonomi Indonesia lebih lambat dari yang diharapkan pasar," kata Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga di Jakarta.
Ia mengemukakan perekonomian Indonesia pada triwulan I-2018 tumbuh 5,06 persen (yoy), di bawah perkiraan pasar yang sebesar 5,20 persen dan lebih rendah dari pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 5,19 persen.
Kendati demikian, lanjut dia, adanya potensi konsumsi masyarakat yang meningkat pada triwulan kedua 2018 mendatang seiring bulan puasa, dapat menopang ekonomi Indonesia ke depannya.
"Mungkin ada perputaran di periode berikutnya jika belanja masyarakat meningkat," katanya.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa adanya intervensi oleh Bank Indonesia menjaga pergerakan nilai tukar rupiah relatif stabil di bawah level Rp14.000 per dolar AS.
"Rupiah relatif masih stabil di bawah Rp14.000 per dolar AS, diharapkan sentimen dari dalam negeri dapat lebih positif untuk menarik minat pelaku pasar terhadap aset berdenominasi rupiah sehingga pelemahannya tidak lebih dalam," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin (7/5/2018) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.956 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.943 per dolar AS. (Antara)