Suara.com - Peneliti dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Abra el Talattov menilai, rekaman percakapan antara Menteri BUMN Rini Soemarno dan Direktur Utama PLN Sofyan Basir cukup kental dengan nuansa kolusi.
“Percakapan Rini dan Sofyan Basir kental nuansa kolusi, menunjukkan adanya intervensi yang tidak sehat di BUMN,” kata Abra, saat dihubungi, Kamis (3/5/2018).
Menurut Abra, investor dari dalam maupun luar negeri akan memandang bahwa hal itu bisa membawa citra buruk ke iklim investasi yang bersinggungan dengan perusahaan BUMN.
“Investor akan melihat kasus ini sebagai preseden buruk, BUMN tidak fleksibel karena selalu diatur-atur dan akhirnya investor nanti tidak mau lagi membiayai proyek-proyek BUMN,” ucap Abra.
Baca Juga: Siapa Sosok Kakak Lain di Rekaman Rini dan Bos PLN?
Tak hanya berpotensi membuat investor enggan berinvestasi di proyek-proyek BUMN, rekaman itu juga dinilai bisa mencoreng citra pemerintah dan bisa berdampak pada sulitnya mendapat kepercayaan investor.
“Untung ruginya BUMN yang akan tanggung pemerintah. Yang bisa dilihat langsung dari kasus ini adalah citra-citra BUMN akan memburuk di mata investor,” kata Abra.
Saat investor sudah tidak percaya lagi, maka dampak buruk selanjutnya yang akan terjadi adalah tersendatnya aliran modal untuk membiayai berbagai proyek-proyek strategis pemerintah.
“Ketika investor ragu untuk investasi pada akhirnya aliran modal semakin sulit, itu risikonya,” ungkapnya.
Baca Juga: Rekaman Rini dan Bos PLN Apakah Akan Ganggu Aliran Investasi?