Karyawan Garuda Ancam Nonaktifkan Seluruh Rute Penerbangan

Rabu, 02 Mei 2018 | 16:51 WIB
Karyawan Garuda Ancam Nonaktifkan Seluruh Rute Penerbangan
Pesawat Garuda Indonesia [shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Karyawan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang tergabung dalam Serikat Bersama (SEKBER) Garuda Indonesia mengancam akan melakukan mogok massal dan menonaktifkan seluruh rute penerbangan.

Dalam ancamannya tersebut mereka pun menuntut Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Rini Soemarno serta pemegang saham PT Garuda Indonesia untuk melakukan perombakan jajaran direksi.

Tuntutannya yang disampaikan serikat bersama terkait perubahan jumlah direksi Garuda Indonesia dari delapan orang menjadi enam orang dengan mengacu kepada penerbangan sipil RI atau Civil Aviation Safety Regulation. Direksi yang dimaksud ialah Direktur Cargo dan Direktur Marketing dan Teknologi (IT).

"Jabatan direktur kargo sangat tidak diperlukan. Garuda Indonesia tidak memiliki pesawat khusus kargo. Sejak tahun 2016 kinerja direktorat kargo tidak meningkat dan hanya ada peningkatan biaya organisasi," kata Corporate Affair Asosiasi Pilot Garuda (APG) Capt. Eric Ferdinand di Pulau Dua Restaurant, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Rabu (2/5/2018).

Baca Juga: Karyawan Garuda Indonesia Ancam Mogok Massal

Lebih lanjut, Eric menjelaskan, Direktur Marketing dan IT pun dianggap gagal dalam membuat strategi penjualan produk. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya penurunan rata-rata harga jual tiket dari tahun 2016 ke 2017 sebesar 3,17 persen.

Selain itu, mereka pun menuntut adanya pergantian direksi yang mengutamakan profesional. Hal tersebut dikarenakan Direktur Personalia (Sumber Daya Manusia) dianggap melanggar Perjanjian Kerja Bersama (PKB) tanpa ada rundingan sebelumnya.

Oleh karena itu, mereka akan mengancam untuk mogok jika tuntutan tersebut tidak mendapat respon dari pihak-pihak terkait. Ancaman tersebut berlaku dimulai dari hari ini hingga satu bulan ke depan sampai adanya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham) ulang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI