Generasi Milenial Ogah Beli Rumah? 6 Faktor Ini Jadi Penyebabnya

Kamis, 26 April 2018 | 11:48 WIB
Generasi Milenial Ogah Beli Rumah? 6 Faktor Ini Jadi Penyebabnya
Perumahan subsidi di kawasan Kota Baru Maja di Lebak, Banten. [Suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Properti Hendro S Gondokusumo mengungkapkan, generasi milenial saat ini masih belum melihat pentingnya berinvestasi, khususnya investasi sektor properti.

Menurut Hendro, ada beberapa alasan yang membuat generasi milenial tidak tertarik berinvestasi di sektor properti. Salah satunya anggapan bahwa sektor properti tidak penting.

“Padahal, seiring dengan perkembangan inovasi di kalangan pengembang properti, perbankan, dan teknologi, membeli atau berinvestasi properti bukanlah misi yang mustahil,” kata Hendro saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/4/2018).

Menurut Hendro, sedikitnya ada enam hal yang membuat generasi milenial ogah berinvestasi properti. Pertama adalah membutuhkan modal yang besar.

Baca Juga: Jusuf Kalla: Lebih Baik Investasi Properti Dibanding Obligasi

Menurutnya, persepsi ini tidak sepenuhnya salah tetapi sama seperti produk investasi lainnya, membeli rumah mempunyai banyak pilihan skema pembiayaan.

Hal terpenting yang harus dilakukan adalah membuat rencana keuangan yang tepat untuk dapat memiliki rumah yang diidamkan.

Selain itu, harus disadari bahwa membeli rumah di Jakarta tentu berbeda harganya dibandingkan dengan membeli rumah di pinggiran Jakarta yang lebih terjangkau.

Kedua, rumah itu investasi yang tidak likuid. Rumah memang merupakan investasi yang tidak dapat segera diubah menjadi uang cash kapan saja.

“Jadi generasi milenial berfikir kalau begitu ngapain beli rumah cepat-cepat semua sekarang serba ingin mendapatkan cash,” ujarnya.

Baca Juga: 4L, Jurus Investasi Properti Ala Ikang Fawzi

Ketiga adalah takut berhutang. Sebelum membeli rumah, penting untuk melihat risiko dan keuntungan yang ditawarkan oleh setiap pengembang dan bank.  Keempat, prosesnya ribet. Kelima, takut ditipu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI