Selain Komisioner Vella, Menko Luhut melakukan hearing dengan anggota Parlemen Eropa Sean Kelly. Pada kesempatan itu, Menko Luhut menjelaskan kepada Mr. Kelly tentang Indonesia dan apa yang sudah dilakukan. "Indonesia sangat luas, pertumbuhan ekonomi kami 5,6 % tahun lalu artinya stabilitas makro ekonomi cukup bagus. Kami sedang menangani beberapa masalah lingkungan seperti pembersihan Sungai Citarum yang dijuluki Sungai Terkotor di dunia sepanjang 300 kilometer dan melibatkan belasan ribu anggota aparat militer dan kepolisian serta membangun power energy dari limbah," terang Menko Luhut kepada Mr. Kelly. Mr. Kelly mengatakan ia sangat terkesan. " Very, very impressive saya terkesan dengan pemerintahan Anda yang bisa mengelola negara dengan tiga bagian waktu. Tetapi harap diingat keputusan tentang pembatasan biofuel sawit ini masih lama dan ini bukan ban karena hal itu tidak boleh dilakukan dan bertentangan dengan prinsip WTO. Kami berharap Indonesia bisa memperbaiki kekurangannya. Kami juga berharap Indonesia segera melakukan finalisasi I-EU-CEPA," ujar Mr. Kelly.
Menko Luhut mengatakan Indonesia dan Uni Eropa juga terus melakukan konsultasi dengan pemangku kepentingan untuk mencapai perjanjian yang saling menguntungkan bagi semua pihak. Pada tahun lalu, Uni Eropa adalah tujuan ekspor terbesar ke-6 dan asal impor terbesar ke-4 bagi Indonesia, Nilai masing-masing sebesar US$ 16,2 miliar dan US$ 11,2 miliar. Total perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa mencapai US$ 27,4 miliar.
Stabilitas wilayah
Kepada para rekan dialog nya Menko Luhut juga menekankan peran yang telah dilakukan indonesia pada stabilitas keamanan wilayah.
"Dengan segala hormat, kami telah berhasil menjaga keamanan wilayah dengan baik, radikalisme dan serangan terorisme menunjukkan penurunan. Pencegahan adalah hal yang penting. Kami berhasil membangun kerja sama yang baik dengan negara Cina, sehingga keamanan di wilayah Laut Cina Selatan sejauh ini masih terkendali," jelas Menko Luhut.
Walau berhasil membangun hubungan baik dengan Cina, menurut Menko Luhut, Indonesia tetap pada posisi yang tidak mengakui adanya nine dotted line.
"Saya sampaikan kepada Menteri Dalam Negeri Amerika Serikat, tahun lalu bahwa Indonesia tidak mendapatkan dana dari Amerika dan Eropa tetapi sejauh ini kami mampu menjaga stabilitas keamanan wilayah. Bandingkan dengan Amerika yang sudah mengeluarkan jutaan dollar untuk stabilitas keamanan di Timur Tengah," katanya, Menko Luhut menekankan komitmen Indonesia dalam menjaga stabilitas wilayah, karena begitu ada serangan yang mengancam keamanan wilayah, akan sangat sulit untuk bangkit ke situasi normal. Yang dikhawatirkannya, adalah jika pembatasan penggunaan produk sawit ini terjadi, petani kecil yang paling dulu terkena dampaknya. "Beberapa pelaku tindakan radikal adalah orang yang secara ekonomi tidak beruntung dan yang kami takutkan jika makin banyak orang berada di garis kemiskinan, makin terbuka bagi mereka kemungkinan untuk bertindak radikal," jelasnya.
Menko Luhut dalam penjelasannya kepada mitra dialog mengungkapkan peran industri kelapa sawit yang mampu mengangkat 10 juta orang dari garis kemiskinan, menurut studi Universitas Stanford pada tahun 2016.