Suara.com - PT PLN (Persero) akan melakukan sosialisasi mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) terhadap teknologi yang digunakan saat ini. Mengingat PLTU sudah menggunakan teknologi yang canggih, sehingga tingkat polusi jauh lebih rendah.
"Kami sosialisasi dengan masyarakat bahwa ini tidak ada apa-apa. Teknologi-teknologi baru Ultra Super Critical debunya lebih rendah, polusinya lebih rendah," kata Direktur Bisnis Regional Jawa Bagian Tengah Amir Rosidin, Selasa (24/4/2018).
Amir mengakui, banyak PLTU yang terkendala perizinan, seperti perizinan lingkungan. Padahal, PLTU sudah menggunakan teknologi boiler super critical yang mengurangi polusi.
Hingga saat ini, PLN masih memprioritaskan PLTU, seperti di dalam Rencana Umum Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2018-2027.
Baca Juga: Menteri ESDM Pastikan Tarif Listrik Tak Naik Sampai 2019
Amir Rosidin mengatakan, harga listrik dari PLTU merupakan yang paling murah di antara pembangkit jenis lain.
Saat ini, harga listrik dari PLTU di angka 4 sen dolar AS sampai 5 sen dolar AS per kilowatt hour (kWh). Dengan dasar tersebut, PLN terus mengutamakan pembangunan PLTU.
"PLTU memang sekarang jadi pilihan utama, itu yang paling murah," jelas Amir.
Harga listrik yang murah akan menghasilkan beban tarif listrik yang rendah. Dampaknya, masyarakat bisa menjangkaunya dan industri mampu lebih bersaing dengan negara lain.
"Karena lebih murah, kami bangun PLTU terus. Kami bisa jual listrik murah ke industri, tarif bisa turun sehingga industri berkembang," ujarnya.
Baca Juga: PLN Dapat Harga Khusus Batu Bara Agar Tak Naikkan Tarif Listrik
Selain itu, PLTU juga digunakan sebagai andalan pasokan listrik untuk memenuhi daerah yang masih mengalami defisit listrik. Dalam program kerja PLN pun PLTU masih menjadi andalan.