Sejak saat itu, lanjut dia, dimulailah investigasi dan analisa terhadap apa yang menyebabkan Indonesia tidak brhasil dibidang kelautan dan perikanan.
Ia menanamkan tiga pilar untuk mengawal visi-misi presien dengan satu kedaulatan dua keberlanjutan tiga kesejahteraan.
"Saya pikir tidak masuk akal, kalau saya anggap kegilaan orang pikir saya gila menenggelamkan kapal praktek. Yaang terjadi, lebih gila dari segi kegilaan saya menenggelamkan kapal," ujarnya.
Ribuan kapal mencuri melakukan transhipmen. Namun ternyata ada human traffiking di sana.
Banyak sekali praktek kejahatan yang terjadi dilaut. Mulai pencurian ikan, masuknya narkoba melalui perairan, dan masuknya kapal asing ilegal. Lalu ia menginginkan semua kejahatan itu dihentikan.
"Kita panggil dubes, pengusaha agent satu per satu. Saya ajak ngobrol dari hati ke hati juga. Saya sudah banyak duit, praktek ini tidak benar beberapa saya kenal baik jd tolong, kalau you lawan saya lawan kalau you masih tetap kita berkawan kita tidak usah bicara lagi ikan bicara kapal semua operation you mesti hentikan," katanya.
"Dan Alhamdulillah mungkin karena saya wanita, jadi pada gampang nurut, tidak mengajak berantam," tuturnya.
Ia menilai jika laki-laki tidak merasa direndahkan olehnya.
"Kalau laki sama laki ego sama ego biasanya labeling jadi naik. Kalau perempuan ya mereka akhirnya mengalah, ada yang bandel tengelamkan, jadi Alhamdulillah tidak ada negara protes, tidak ada yang protes," tukasnya.