Jonan: Pertamina Jangan Khawatir Rugi Jual Premium

Liberty Jemadu Suara.Com
Kamis, 19 April 2018 | 04:15 WIB
Jonan: Pertamina Jangan Khawatir Rugi Jual Premium
Menteri ESDM Ignasius Jonan meresmikan SPBU Vivo di Cilangkap, Jakarta Timur. [Dok Kementerian ESDM]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta Pertamina tidak khawatir merugi karena menjual bahan bakar minyak jenis premium.

"Pemerintah sudah memberikan pengelolaan Blok Mahakam kepada Pertamina. Pertamina itu tambahan pendapatan bersihnya setahun mungkin Rp7-8 triliun," katanya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Rabu petang (18/4/2018).

Dengan pengelolaan Blok Offshore North West Java (ONWJ) oleh PT Pertamina Hulu Energi (PHE), kata Jonan, kemungkinan Pertamina mendapatkan sekitar Rp1-2 triliun.

Hal tersebut diungkapkan Jonan saat meninjau Area Pengatur Beban (APB) PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jateng.

"Ini dikasih lagi delapan blok. Ya, memang kecil-kecil. Tetapi, kalau delapan blok nilainya Rp1 triliun setahun atau Rp2 triliun masak enggak ada? Jadi, itu total aja setahun pendapatannya Rp10 triliun. Itu kan dikasih 20 tahun," katanya.

"Kalau dikurangi pendapatan dari jual premium kan ketambahan ini. Bedanya apa? Kan sama aja, pendapatannya bertambah. Coba lihat tahun lalu keuntungan bersih setelah pajak berapa? Rp32 triliun," sebutnya.

Jonan mencontohkan PLN yang mencatatkan nilai investasi sampai Rp1.200 triliun yang hanya mampu mencetak laba bersih pada 2017 sekitar Rp4 triliun tidak mempersoalkan investasi.

"Yang ini enggak ribut investasi, yang sana ribut bagaimana? Pertamina belajarlah dari PLN. Kami memang lagi mencari apa yang pemerintah bisa didukung lagi, supaya harga BBM tetap terkendali," katanya.

Pengendalian harga BBM itu, kata Jonan, bukan karena tahun politik, tetapi semata-mata mempertimbangkan daya beli masyarakat yang terbukti dengan protes masyarakat ketika terjadi kelangkaan premium.

"Buktinya, ketika premium kosong masyarakat protes. Karena, harga pertalite dirasakan masyarakat lebih tinggi dibanding premium. Kalau daya beli masyarakat enggak ada masalah, kan enggak protes," pungkas dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI