Suara.com - Pakar masalah manajemen konstruksi dari Universitas Pelita Harapan Prof. Dr. Manlian Ronald. A. Simanjuntak, ST menilai ambruknya jembatan pada jalan nasional Lamongan-Tuban, Jawa Timur, pada Selasa (17/4/2018) sekitar pukul 11.05 WIB karena kegagalan manajemen konstruksi.
"Ini tak lebih jika dicermati adalah sebuah kegagalan bangunan," kata Manlian Ronald A. Simanjuntak saat dihubungi di Jakarta, Selasa malam (17/4/2018).
Menurut dia, kegagalan bangunan yang terjadi adalah kegagalan manajemen konstruksi karena dalam konteks kegagalan manajemen konstruksi ada beberapa pertanyaan permasalahan penting pada kasus itu.
Pertama, apakah ada data studi kelaikan proyek jembatan itu yang mencatat tentang disain dan umur bangunan? "Karena ini proyek nasional, bagaimana peran pemerintah pusat dan daerah?" katanya.
Kedua, kata dia, apakah ada data disain teknis proyek yang andal? Ini akan digunakan untuk analisis apakah disain saat ini masih laik? Lalu, kondisinya saat dikaji di awal, apakah masih andal sampai saat ini?
Ketiga, katanya, apakah ada juga dokumentasi manajemen pemeliharaan proyek, baik dari segi perencanaan, perawatan dan pergantian komponen jembatan dan lainnya. "Sebab ada data bahwa jembatan ini pada 2017 pernah rusak," katanya.
Keempat, tambah Guru Besar Manajemen Konstruksi Universitas Pelita Harapan ini, apakah ada dokumentasi manajemen operasional proyek? Apakah dokumentasi sudah memiliki keakuratan dari berbagai hasil kajian yang profesional? Jawaban atas semua pertanyaan itu, kata dia, seharusnya bisa dijawab oleh Tim ahli yang diterjunkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke lokasi.
"Dari situ bisa dievaluasi, apakah kejadian itu lebih dominan ke teknis di lapangan atau kesalahan manajemen konstruksi," katanya. (Antara)