Suara.com - Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal Ahmad Syafruddin menilai, ada dua penyebab yang membuat bahan bakar minyak jenis Premium dalam beberapa bulan terakhir mengalami kelangkaan di beberapa daerah di Indonesia.
Menurut Ahmad, hal ini bukan hanya sekadar keputusan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang lebih memilih menjual bahan bakar khusus lantaran margin yang lebih besar dibandingkan jual Premium.
“Katanya kan seperti itu jual Premium marginnya kecil jadi lebih pilih jual yang lain. Sebenarnya masalahnya itu lebih dari itu,” kata Ahmad dalam diskusi di Jakarta, Selasa (3/4/2018).
Ahmad menjelaskan ada dua penyebab, yang pertama adalah PT Pertamina (Persero) kesulitan mencari pasokan minyak mentah untuk memproduksi BBM Premium dengan RON 88.
Baca Juga: Premium Langka dan Hampir 'Punah' di Jawa, Apa Kata Pertamina?
“Karena di pasar regional kategori RON 88 ini memang sudah tidak ada, semua kan sudah di atas RON 90 standart Euro 4, jelas saja pasokannya jadi kurang,” ujarnya.
Kedua, lanjut Ahmad, soal politik. Harus diakui selama ini pemerintah memiliki kerjasama dengan negara lain termasuk dengan negara oil trader yang memasok minyak ke Pertamina. Menurutnya, dengan adanya pergantian pimpinan pasti ada perubahan kerjasama yang dilakukan.
“Pasti lah dengan bergantinnya pimpinan ada perubahan kerjasama soal supply BBM ini, pasti oil trader-nya ganti juga makanya kelangkaan ini kan terus terjadi,” katanya.