Suara.com - Pernahkah Anda menonton film Si Pitung? Jika Anda jeli, nampak di bagian pinggangnya selalu melekat golok dan sangkurnya. Selain film Si Pitung, ada juga Babeh Sabeni di film Si Doel Anak Sekolahan.
Dalam beberapa adengan, Babeh Sabeni juga nampak memasangkan sangkur dan golok di bagian pinggangnya. Rupanya, selain berfungsi untuk memotong daging atau kayu, golok juga membuat orang percaya diri ketika membawanya.
"Sampai tahun 1990an golok itu seperti handphone, kalau pergi lupa bawa golok bisa pulang lagi, sama seperti HP," kata Anggota Komunitas Golok Tradisional Indonesia, Yazid Arifin kepada Suara.com.
Menurut Yazid, pada saat itu orang selalu membawa golok kemana pun mereka pergi. Apalagi bagi mereka yang berprofesi sebagai jagal atau pemotong hewan.
Baca Juga: Awas, Jangan Bawa Senjata Tajam Saat Saksikan Sidang Ahok Besok
Karena golok menjadi sebuah kebutuhan pada saat itu, harganya pun cukup terbilang mahal. Meski mahal, golok tetap diburu para lelaki dewasa pada saat itu.
"Dulu harganya sudah puluhan bahkan ratusan ribu, berarti kalau dirupiahkan sekarang bisa jutaan," ucap Yazid.
Harga Golok Rusak
Banyaknya peminat golok membuat orang berlomba-lomba untuk membuat tempat pembuatan golok. Namun, karena banyaknya pengrajin golok dan semakin ketatnya persaingan. Tak sedikit pengrajin golok yang mengesampingkan kualitasnya.
"Orang asal saja buat golok, yang penting jadi, tapi kualitasnya enggak bagus, gampang karatan, tumpul, jadi masyarakat kecewa, dari situ harga golok terus turun," tutur Yazid.
Baca Juga: Pendekar Cilik Betawi Unjuk Kebolehan Memainkan Golok
Jika melihat harga golok yang dijual di pasaran apalagi melalui situs belanja online, Yazid mengaku cukup miris. Golok yang dahulu harganya terbilang mahal, kini hanya dijual ratusan ribu bahkan puluhan ribu saja.