Suara.com - Nama pengusaha vetera Probosutedjo mendadak mencuat kembali hari ini. Pengusaha papan atas Indonesia sejak era Orde Barut tersebut memang menghembuskan napas hari ini, Senin (26/3/2018).
Probo awalnya mendirikan PT Mercua Buana bersama rekan-rekannya pada tahun 1967. Pria kelahiran Yogyakarta, 1 Mei 1930 itu sempat pindah ke Medan, Sumatra Utara. Di sana, probo menjadi guru. Saat berada di Medan, ia sempat mendirikan dua perusahaan bersama teman-temannya.
Namun menurut Richard Borsuk dan Nancy Chng, dalam buku Liem Sioe Liong dan Salim Grup, Pilar Bisnis Soeharto, diterbitkan Kompas tahun 2016, sepak terjang bisnsi Probo melonjak pesat setelah Soeharto naik ke puncak kekuasaan sebagai Presiden Republik Indonesia.
Dalam buku itu juga disebutkan, meski secara pribadi Probo dinilai tidak dekat dengan Soeharto, tapi sebagai anggota keluarga presiden dia adalah kandidat yang dicari untuk pengelolaan bisnis Ali Baba.
Kedaung Grup dan Mitra Bisnis Lainnya
Agus Nuralim, pemilik Kedaung Group disebut Richard Borsuk dan Nancy Chng sebagai salah satu mitra bisnis lama Probo. Kemitraan mereka terjalin dari awal 1970-an.
Selain tercatat sebagai salah satu produsen gelas dan perlatan rumah tangga keramik terbesarAsia, Kedaung juga memiliki perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan-perusahaan tersebut terjun dalam bisnis perkapalan, industri baja, pengemasan dan produksi pakan temak.
Selain Kedaung, Probo juga pemah bekerja sama dengan mendiang Ong Seng Keng (Arief Husni) pengusaha Hokchia. Mereka bekerja sama dalam Bank Ramayana. Probo juga punya usaha otomotif yang dimulai pada 1977 kerja sama dengan General Motors dalam PT Garmak.
Rekanan bisnis Probo, ujar Borsuk, belakangan termasuk Sinar Mas Group milik Eka Tjipta Widjaja, dan Jan Dharmadi Group. Tahun 1984 Probo bergabung dengan Gudang Garam milik Surya Wonowidjojo untuk mendirikan usaha patungan yang memproduksi kertas sigaret.
Walaupun banyak bermitra dengan orang Tionghoa dalam bisnis, Borsuk dan Chnk menilai Probo adalah sosok yang vokal mengkritik dominasi konglomerat Tionghoa yang menurutnya banyak mendapat perlakuan istimewa dari negara. Dia bersuara lantang terutama setelah menjadi ketua Kadin.