Suara.com - Lippo Group mengakui telah mengurangi kepemilikan sahamnya dalam proyek pembangunan kota mandiri Meikarta di kawasan Lippo Cikarang, Bekasi, Jawa Barat. Namun CEO Lippo Group, James Riady menegaskan kepemilikan Lippo masih lebih dari 50 persen.
"Kepemilikan kami masih lebih dari 50 persen. Nggak mungkin kita lepas semua. Ini inisiatif besar kita. Tapi eksekusinya (pelepasan sebagian saham,red) baru akhir tahun lalu," kata James di Jakarta, Rabu (21/3/2018). Sayangnya James tak mau menjelaskan siapa saja nama investor eksternal Lippo dalam proyek Meikarta.
James juga menegaskan bahwa tak ada kendala sedikitpun dalam pembebasan lahan dalam proyek kota Meikarta. Sebab lahan untuk pembangunan Meikarta merupakan bagian dari kawasan Lippo Cikarang yang sudah lebih dari 28 tahun menjadi milik Lippo. "Jadi sama sekali tidak ada lahan dari pemukiman warga. Pemukiman warga memang ada, tapi di sekitarnya," ujarnya.
Megaproyek Meikarta kini menjadi proyek andalan Lippo Group, melalui PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) dan PT Lippo Cikarang Tbk (LPCK). Proyek tersebut dimiliki oleh PT Mahkota Sentosa Utama yang sepenuhnya merupakan anak usaha dari LPCK. LPKR sendiri menguasai saham LPCK hingga 54 persen.
Tak tanggung-tanggung, nilai investasi yang diperlukan untuk membangun kota Meikarta di Cikarang, Jawa Barat ini mencapai Rp278 triliun. Lippo pun bergerak cepat dalam memasarkan proyek barunya tersebut.
Namun pada tahun ini, Lippo Group memilih untuk menurunkan target penjualan apartemen di Meikarta. Proses administrasi kredit kepemilikan apartemen (KPA) yang memakan waktu membuat mereka menurunkan target tahun ini.
"Tahun ini kami menargetkan penjualan Meikarta bisa mencapai 80.000 unit," tutur James.
Jumlah tersebut lebih rendah dibanding pencapaian penjualan tahun 2017 lalu sebanyak 140.000 unit. Meski begitu, hingga saat ini baru 60.000 unit yang sudah lolos administrasi KPA lantaran prosesnya yang memerlukan waktu yang cukup lama.