Bulog dan BPS Kompak Lawan Politisasi Impor Beras

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 20 Maret 2018 | 15:47 WIB
Bulog dan BPS Kompak Lawan Politisasi Impor Beras
Gudang penyimpanan di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, Selasa (20/2).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Langkah kebijakan untuk impor beras, selama ini ditengarai kerap menjadi bahan politisasi pihak-pihak tertentu. Beberapa opini kerap mempertanyakan langkah Perum Bulog yang akan mengimpor beras di tengah kondisi surplus beras di tanah air. Tetapi hal itu ditampik oleh Dirut Bulog dan Kepala BPS, surplus beras merupakan isapan jempol semata.

Realitas yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Berdasarkan hasil dari pengecekan di lapangan, tidak dijumpai komoditi tersebut tersedia di tanah air.

Hal ini disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik Kecuk Suharyanto dalam acara MoU antar Bulog dan BPS Tentang Penyediaan, Pemanfaatan, Serta Pengembangan Data dan Informasi Statistik di Bidang Pangan bertempat di Kantor Pusat Perum Bulog, Jakarta Selatan, Selasa (20/3/2018).

‘Saya paham betul selama ini Bulog menjadi sasaran kesalahan, katanya produksi berasnya melimpah kok bulognya gak mampu menyerap. Padahal kita cek di lapangan gak ada barangnya,” kata Suharyanto.

“Saya dengan Pak Djarot ini selalu rapat bersama di dalam Kemenko Perekonomian dan juga di rapat sidang kabinet. Dari sisi pelaksanaan teknis, teman-teman Bulog gak ada masalah begitu. Tetapi titik krusialnya adalah muatan politis. Muatan politisnya luar biasa tinggi. Misalnya kasus impor beras yang baru kita lakukan pada bulan Januari kemarin sebesar 500.000 ton itu di belakang layarnya luar biasa sekali,” ujar Suharyanto.

Suharyanto mengatakan, antara dirinya dengan Dirut Bulog Djarot Kusumayakti sepakat untuk menjalankan kebijakan impor beras. Meskipun kerap dihadang oleh gelombang protes dari berbagai pihak. Namun dirinya tetap bersikukuh, apa yang dilakukannya bersama Djarot Kusumayakti hanyalah semata-mata demi rakyat Indonesia.

“Saya dan Pak Djarot itu sering bilang, kita berdua ini ibarat meniti gelombang setiap saat. Nah, kesepakatan dari sanalah saya dan Pak Djarot berkomitmen bahwa apa yang kita kerjakan memang hanya untuk Indonesia Raya. Kita sepakat berdua bahwa yang kita pikirkan adalah Indonesia Raya. Kita tidak akan peduli dengan suara satu, dua orang yang katakanlah tidak begitu suka dengan kebijakan yang kita ambil. Tapi yang paling penting adalah apa yang kita kerjakan bermanfaat untuk rakyat,” kata Suharyanto. (PriscillaTrisna)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI