Kekacauan Politik Gedung Putih Berimbas ke Saham Wall Street

Adhitya Himawan Suara.Com
Selasa, 20 Maret 2018 | 07:45 WIB
Kekacauan Politik Gedung Putih Berimbas ke Saham Wall Street
Bursa saham Wall Street di New York, Amerika Serikat [Shutterstock]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Saham-saham di Wall Street berakhir lebih rendah pada perdagangan Senin (Selasa pagi WIB 20/3/2018). Kondisi ini disebabkan para investor terus memantau perkembangan terbaru dari kekacauan politik di Gedung Putih.

Indeks Dow Jones Industrial Average kehilangan 335,60 poin atau 1,35 persen, menjadi ditutup di 24.610,91 poin. Indeks S&P 500 turun 39,09 poin atau 1,42 persen menjadi berakhir di 2.712,92 poin. Indeks Komposit Nasdaq ditutup turun 137,74 poin atau 1,84 persen, menjadi 7.344,24 poin.

Presiden AS Donald Trump pada Minggu (18/3/2018) menuduh Penasihat Khusus Robert Mueller mempekerjakan "Demokrat yang keras" untuk menyelidiki dugaan hubungan antara kampanye presiden 2016 dan Rusia.

Kata-kata Trump telah mengangkat kekhawatiran pasar untuk perombakan lain di jajaran pejabat pemerintahan senior setelah gejolak pekan lalu.

Presiden mengumumkan untuk memecat Menteri Luar Negeri Rex Tillerson pada Selasa (13/3/2018) lalu, menggantikannya dengan Mike Pompeo, kepala CIA (Central Intelligence Agency) saat ini.

Pada Rabu (14/3/2018), Trump menunjuk mantan analis TV, Larry Kudlow, untuk menggantikan Gary Cohn, penasehat ekonomi utamanya yang berhenti karena ketidaksetujuan tengtang tarif dengan Trump.

Media AS mengatakan bahwa suasana di Gedung Putih telah berubah menjadi kian mania dan mencemaskan dalam beberapa hari terakhir, karena meningkatnya keinginan presiden dalam memecat orang-orang di sekitarnya.

Dalam berita perusahaan, saham Facebook merosot hampir tujuh persen pada Senin (19/3/2018) setelah laporan menunjukkan bahwa perusahaan analisis politik Cambridge Analytica mampu mengumpulkan data tentang 50 juta profil orang tanpa persetujuan mereka, yang secara luas dianggap sebagai indikasi lain masalah sistemik di raksasa media sosial tersebut. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI