Hari Darmawan, Mantan Jawara Ritel via Matahari Departmen Store

Adhitya Himawan Suara.Com
Minggu, 11 Maret 2018 | 07:06 WIB
Hari Darmawan, Mantan Jawara Ritel via Matahari Departmen Store
Hari Darmawan. [YouTube/Iwan Bonano Darmawan/screenshot]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nama Hari Darmawan mendadak kembali mencuat saat Sabtu kemarin (10/3/2018) ditemukan tewas di Sungai Ciliwung, Bogor, Jawa Barat. Terlepas dari tragedi tersebut, nama Hari sendiri bukanlah sosok asing dalam dunia bisnis tanah air.

Dari informasi yang dihimpun Suara.com, dari berbagai sumber seperti Wikipedia, Hari Darmawan lahir pada 27 Mei 1940 di Makassar, Sulawesi Selatan. Ayahnya, Tan A Siong adalah pengusaha yang berkecimpung di usaha produk pertanian.

Hari dilahirkan dalam sebuah keluarga besar dimana ia memiliki 12 orang saudara. Pada tahun 1950-an, usaha Tan A Siong mengalami kesulitan dan akhirnya bangkrut, sehingga Darmawan bersama orangtuanya harus berjuang keras untuk menjalankan usaha dari nol lagi.

Dengan latar belakang keluarga pedagang seperti ini, Hari kecil akhirnya tumbuh menjadi seorang pemuda yang tekun, ulet, jujur, pantang menyerah, dan ingin selalu menjadi pemenang. Setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas, Hari memutuskan untuk merantau ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Menurut www.biografiku.com, di Jakarta inilah, Hari akhirnya bertemu dan menikahi putri dari pemilik "Mickey Mouse", Anna Janti. Ayah Anna adalah pemilik sebuah toko serba ada berukuran kecil di Pasar Baru, yang pada saat itu merupakan sebuah distrik perbelanjaan terkenal di Jakarta. Ini menjadi cikal bakal bisnis Hari di sektor ritel.

Hari memulainya dengan menjual baju impor dan buatan istrinya di toko kecil Mickey Mouse. Lama-kelamaan, penjualan dari toko milik Hari Darmawan tersebut kian berkembang dan memiliki konsumen tersendiri. Saat itu, toko Mickey Mouse memiliki saingan berat yaitu De Zion yang memiliki pelanggan rata-rata pejabat serta orang kaya. Hari berpikir keras bagaimana bisa seperti Toko De Zion.

Pada tahun 1968, muncul peluang emas yang tak disia-siakan Hari. Ia mendengar bahwa pemilik De Zion yang merupakan saingannya sedang mengalami kesulitan keuangan sehingga berniat menjual tokonya tersebut. Tak lama kemudian Hari Darmawan berhasil membeli toko tersebut, ia mengubah nama toko De Zion yang artinya 'Matahari' menjadi Toko Matahari.

Di toko barunya ini, Hari Darmawan menerapkan strategi penjualan yang bagus. Dengan cerdik, ia memajang produknya selengkap mungkin sehingga konsumen yang datang di tokonya bisa memilih barang yang mereka suka tentunya dengan kualitas yang terbaik serta harga yang termurah.

Konsep penjualan Hari tersebut akhirnya membuahkan hasil Toko Matahari milik Hari Darmawan berhasil mendapatkan banyak pembeli serta pelanggan tetap. Toko Matahari kemudian menjadi pelopor Department Store pertama di Indonesia.

Melalui Toko Matahari, Hari menjual berbagai macam kebutuhan sandang seperti pakaian dan celana yang kemudian disusun dalam beberapa bagian yang terpisah dalam bentuk counter. Sejak berdirinya, Toko Matahari milik Hari Darmawan terus menerus diserbu oleh pengunjung yang dikenal sebagai tempat belanja yang modern dan nyaman bagi orang-orang di Jakarta.

Pada tahun 1976, Hari Darmawan mulai membuka cabang tokonya di luar Jakarta yang diberi nama Sinar Matahari. Di tokonya tersebut, ia menjual beraneka ragam produk dari pakaian, alat elektronik, perhiasan, sepatu, kosmetik peralatan tulis hingga obat-obatan.

Kejayaan bisnis Matahari Department Store di tangan Hari Darmawan makin tak terbendung saat memasuki dekade 1990an. Pada masa itu, Matahari Department Store mengalami puncak kejayaan. Gencarnya pembangunan mal-mal baru di Jakarta membuat gerai gerai baru dari Matahari bermunculan. Pada tahun 1991, Hari berekspansi dengan membuka Supermarket Super Bazaar. Supermarket ini kemudian berganti nama menjadi Matahari Supermarket.

Namun pada dekade ini jugalah, Matahari Department Store akhirnya memiliki pesaing berat, yakni Ramayana Department Store milik Paulus Tumewu. Namu kemunculan para pesaing ini tak membuat membuat Hari Darmawan gentar. Ia justru semakin agresif dalam mengembangkan Matahari Department Store.

Hari Darmawan kemudian bekerja sama dengan Leisure & Allied Industries dari Australia membuka wahana bermain Timezone pada tahun 1994.Langkah ini dinilai menjadi sebuah terobosan yang bagus. Ia berhasil merebut hati para konsumen dalam hal ini para orang tua yang datang sebab mereka tak hanya berbelanja tetapi juga menyenangkan anak mereka di area bermain Timezone.

Walau demikian, melihat para pesaingnya semakin banyak, Hari Darmawan menjadi gencar dalam mencari dana segar untuk berinvestasi membuka gerai baru Matahari Department Store di berbagai pusat perbelanjaan yang baru dibangun. Ia kemudian menjual sejumlah sahamnya di Bursa Efek Indonesia dan berhasil mendapatkan dana sekitar Rp400 miliar. Namun dana itu dirasa Hari tidak cukup untuk membangun 1000 gerai baru Matahari Department Store. Hari Darmawan lalu dikabarkan menerima tawaran pinjaman modal dari James Riady melalui Lippo Bank.

Saingan berat Matahari Department Store kala itu datang dari Wal-Mart, sebuah perusahaan ritel yang berasal dari Amerika. Namun di Indonesia, perusahaan ini berada berada dibawah kendali Lippo Group yang saat itu hinga kini dipimpin oleh James Riady seorang bankir muda anak yang merupakan dari Mochtar Riady.

Wal-Mart yang ketika itu dikendalikan oleh James Riady bersaing ketat head-to-head dengan Matahari Department Store milik Hari Darmawan di sejumlah mal. Demi membendung serangan para pesaingnya, Hari Darmawan membuka Mega Matahari (Mega M). Perusahaan Matahari Department Store milik Hari Darmawan tumbuh pesat meninggalkan para pesainnya dengan berhasil meraup omset senilai Rp2 triliun. Matahari pada masa itu dan dianggap sebagai perusahaan ritel terbesar di Indonesia.

Matahari Department Store Dijual ke Lippo Group

Pada tahun 1996 saat Matahari Department Store berada di puncak kejayaan bisnis, muncul kabar yang sangat mengejutkan. Hari Darmawan diberitakan setuju menjual sebagian besar saham Matahari Department Store ke James Riady melalui Lippo Group. Tak ada penjelasan resmi yang pasti. Namun diduga Hari Darmawan mengambil pilihan ini karena terlilit utang kepada Lippo Group yang hampir mencapai Rp1 triliun rupiah.

Walau sudah dicaplok Lippo Group, Hari Darmawan masih menjadi Presiden Direktur Matahari Department Store hingga tahun 2001.

Awan hitam akhirnya menghantam bisnis ritel di Indonesia, termasuk Matahari. Pada tahun 1998, krisi ekonomi yang parah menghantam Indonesia. Krisi ini juga menyulut kerusuhan sosial dan politik yang menyeret kejatuhan Presiden Soeharto.

Pada masa itu, banyak mal serta pusat perbelanjaan dibakar dan Indonesia betul - betul mengalami krisis ekonomi yang sangat parah. Bisnis ritel nasional akhirnya mengalami anjlok yang luar biasa. Banyak perusahaan ritel yang tutup serta banyak pengusaha ataupun konglomerat bangkrut kala itu.

Sejak saat itu Hari Darmawan kemudian membentuk perusahan baru yang kemudian bergerak di banyak sektor yaitu fashion, pendidikan, swalayan dan gaya hidup namun banyak perusahaanya yang gagal berkembang. Setelah melepaskan jaringan ritel Matahari, Hari Darmawan akhirnya memilih tinggal di kawasan Cisarua, Bogor. Pria yang pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) itu lebih memilih menjadi sosial enterprenuer. Ia lebih berfokus ke bidang sosial dan membangun tempat wisata dengan nama Taman Wisata Matahari yang mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat sekitar.

Hari Darmawan akhirnya wafat pada Sabtu kemarin, (10/3/2018). Ia sempat dinyatakan hilang kemudian jasadnya ditemukan meninggal di aliran sungai Ciliwung di wilayah Bogor.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI