Kumpul Bareng Pengusaha, JK Beberkan Masalah Ketahanan Pangan

Kamis, 08 Maret 2018 | 13:05 WIB
Kumpul Bareng Pengusaha, JK Beberkan Masalah Ketahanan Pangan
Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri pertemuan di Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) di Cikini, Jakarta, Selasa (6/3/2018)[Suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla hari ini membuka Jakarta Food Security Summit 4 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta Selatan. Acara yang diselenggarakan pada 8-9 Maret 2018 ini mengambil tema "Pemerataan Ekonomi Sektor Pertanian, Peternakan dan Perikanan Melalui Kebijakan dan Kemitraan".

Dalam sambutannya, JK menyebut, saat ini masalah ketahanan bukan hanya dirasakan oleh Indonesia, namun merupakan masalah dunia. Namun, hal ini bisa diatasi jika menyelesaikannya dengan teknologi yang maju.

“Pertanian terlalu banyak tantangannya secara umum. Pertumbuhan penduduk yang meningkat yang akibatnya kebutuhan pangan terus naik setidaknya 3 persen per tahun. Kita harus siap meningkatkan produksi,” kata JK, Kamis (8/3/2018).

Menurut JK, pangan menjadi sangat penting lantaran pertambahan penduduk dunia yang sangat tinggi. Dalam 30 tahun mendatang JK memperkirakan penduduk dunia akan mencapai 9 miliar orang.

"Tepat pada Hari perayaan Kemerdekaan Indonesia yang ke-100 tahun pada 2045. Penduduk Indonesia diprediksi akan mencapai angka 330 juta pada periode tersebut. Artinya, kebutuhan pangan dibutuhkan terus menerus naik kira-kira 3 persen per tahun," katanya.

Selain itu, JK juga mengingatkan kendala dari kondisi cuaca. Jika curah hujan tinggi ataupun suhu yang terlalu panas tentu tidak baik bagi pertanian dan perkebunan.

Melihat kondisi tersebut, JK berharap pemerintah dan pengusaha bisa saling kolaborask untuk menerapkan teknologi yang maju dalam mengatasi tantangan pangan.

“Kalau di negara lain dengan teknologi mereka yang dimiliki, mereka bisa menghasilkan 8 ton padi per hektare, sedangkan kita 5,5 ton padi. Tentu kita bisa sama 8 ton asalkan teknologinya sama,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI