Suara.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan kedatangan delegasi China Railway Corporation ke kantornya di Jakarta, Selasa (6/3/2018), bertujuan untuk meninjau progres proyek kereta cepat Jakarta-Bandung.
"China Railway tadi mereka datang kemari untuk melihat progresnya (kereta cepat Jakarta-Bandung). Sekarang timnya ke lapangan, nanti Jumat (9/3/2018) balik ke sini," kata Luhut ketika ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman Jakarta.
Luhut menjelaskan pertemuan dengan Deputi Presiden China Railway Corporation Wang Tongjum membahas semua aspek dalam proyek transportasi massal yang tidak kunjung rampung sejak 2016. Turut hadir dalam pertemuan itu Duta Besar China untuk Indonesia Xiao Qian. "Kami bicara soal tanah dan izin-izin lainnya," ungkapnya.
Kendati tidak menjelaskan secara rinci, mantan Menko Polhukam itu mengatakan proses pencairan dana seharusnya sudah bisa selesai dalam waktu dekat.
Pihak China Railway Corporation sendiri mengaku bahwa hampir semua urusan terkait hal tersebut hampir rampung. "Ya mestinya segera. Hampir semua tadi dia bilang sudah beres," katanya.
Belum lagi, pembebasan lahan telah mencapai sekitar 54 persen di mana sesuai persyaratan yang ada maka pencairan dana oleh China Development Bank (CDB) sudah bisa mulai dilakukan.
Luhut mengatakan delegasi China Railway Corporation akan kembali mendatanginya pada Jumat (9/3/2018) setelah dua hari meninjau proyek tersebut. Pertemuan pada Jumat kemungkinan akan membahas kelanjutan proyek setelah peninjauan. "Nanti Jumat mereka datang ketemu saya. Jadi nanti kita bicara Jumat," katanya.
Proyek kereta cepat Jakarta-Bandung sepanjang 142,3 km dikerjakan oleh PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), perusahaan patungan BUMN dengan China Railway International Corporation.
Awalnya, proyek tersebut membutuhkan investasi sebesar 5,988 miliar dolar AS (sekitar Rp80,87 triliun, kurs Rp13.500). Namun, angka tersebut melonjak menjadi 6,071 miliar dolar AS (sekitar Rp81,95 triliun) karena biaya asuransi dan biaya pelindung pinjaman terhadap volatilitas yang tak terduga atau Debt Service Reserve Account (DSRA).
Porsi pendanaan proyek tersebut terbagi dua, yakni 75 persen ditanggung China Development Bank (CDB) dan sisa 25 persen dari ekuitas pemegang saham KCIC.