Suara.com - Perusahaan ritel berjaringan di Bali, Coco Mart, menargetkan sudah bisa "go public" melalui penawaran saham perdana (IPO) pada Juli 2018 di Bursa Efek Indonesia.
"Ini merupakan kesempatan bagus, maju bersama di IPO bukan merupakan hal yang menakutkan," kata Manajer Operasional Coco Mart Wayan Sudipa di Denpasar, Bali, Minggu (4/3/2018).
Mengingat nantinya sebagian saham di perusahaan ritel itu akan dimiliki oleh publik maka pihaknya telah mewujudkan transparansi manajemen dan administrasi legal perusahaan sebagai salah satu syarat untuk bisa "go public".
Menurut dia, induk perusahaan Coco Mart yakni PT Bali Pawiwahan atau Coco Group berencana ingin melakukan pengembangan usaha atau ekspansi bisnis sehingga memerlukan pendanaan yang lebih besar.
Melalui penawaran saham perdana di lantai bursa, kata dia, peluang mendapatkan aliran modal dari masyarakat semakin besar.
Pihaknya saat ini memiliki jaringan gerai sebanyak 102 unit dan ke depan menargetkan ekspansi bisnis hingga 400 gerai masih di kawasan Bali dan Lombok, NTB.
Apabila target tercapai pada Juli 2018, maka Coco Mart menjadi perusahaan pertama yang didirikan oleh pengusaha lokal Bali melantai di bursa saham dan perusahaan keempat dari Pulau Dewata.
Sebelumnya sudah ada tiga perusahaan dari Bali yakni PT Bali Towerindo Sentra Tbk, PT Bukit Uluwatu Villa Tbk dan PT Island Concepts Indonesia Tbk.
Coco Mart didirikan oleh pengusaha Nengah Natyanta dengan lini bisnis utama di bawah bendera PT Bali Pawiwahan atau Coco Group yakni bergerak di sektor ritel, perhotelan dan produksi roti. (Antara)