Suara.com - BRI Dorong Sinergi Bersama dengan BPD dalam Mendukung Inklusi Keuangan Indonesia
Nusa Dua, Bali. Tantangan yang dialami oleh industri perbankan ke depan tidaklah mudah.
Terjaganya tingkat pertumbuhan ekonomi pada level 5 persen, pergeseran preferensi masyarakat pada layanan digital serta kompetisi non-tradisional dengan harga yang menekan bank merupakan beberapa contoh tantangan yang dihadapi oleh perbankan Indonesia. Untuk menghadapi tantangan tersebut, bank-bank di Indonesia perlu bersineri bersama sehingga dapat memberikan manfaat yang terbaik bagi Indonesia salah satunya meningkatkan tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia.
Bank BRI sebagai bank terbesar di Indonesia mendukung upaya sinergi dalam meningkatkan tingkat inklusi keuangan masyarakat Indonesia dengan melakukan sinergi dengan Bank BPD seluruh Indonesia. Sinergi bisnis yang dilakukan BRI dan BPD dapat meningkatkan daya saing BPD sehingga mampu menjadi lokomotif pembangunan di tingkat regional.
Kerja sama BRI dengan BPD dari sisi operasional dapat berupa kerja sama dalam produk perbankan yang siap menunjang kelancaran opearsional BPD, diantaranya penyediaan Cash Management System (CMS), jaringan e-Channel sebanyak 329,654 unit, dan Jaringan Kantor yang tersebar sebanyak 10,646 unit kerja.
Dalam pengelolaan aset, BPD dapat berkolaborasi dengan BRI sebagai salah satu Primary Dealer untuk memenuhi kebutuhan transaksi Surat Berharga Negara. Selain itu, bagi BPD yang telah menjadi bank devisa BRI dan BPD dapat berkolaborasi dalam pengelolaan transaksi valas dan Bisnis Internasional dengan memanfaatkan jaringan bank koresponden yang dimiliki oleh BRI. BRI juga siap membantu BPD untuk dapat memanfaatkan pengelolan persiapan Dana Pensiun (Dapen) karyawan melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) serta membantu BPD untuk memeluncurkan Kartu Kredit dan Uang Elektronik melalui kerja sama co-branding.
Bentuk nyata kerja sama yang dilakukan BRI dengan BPD adalah dilakukannya penandatanganan Perubahan/Addendum Global Master Repurchase Agreement (GMRA) bersama Bank Pembangunan Daerah (BPD) seluruh Indonesia yang diselenggarakan di Nusa Dua, Bali (2/3). Penandatangan tersebut dihadiri langsung oleh Direktur Utama Bank BRI, Suprajarto dan jajaran manajemen Bank Pembangunan Daerah Seluruh Indonesia
Transaksi Repo yang diikat melaui GMRA merupakan salah satu transaksi yang aman dan saling menguntungkan bagi pihak-pihak yang terlibat sebagai bentuk pertukaran arus likuiditas antara pihak yang surplus dengan defisit likuiditas.
Transaksi Repo memiliki tingkat resiko yang lebih rendah jika dibandingkan dengan transaksi Lending/Borrowing yang dilakukan dalam ranah Pasar Uang Antar Bank (PUAB) karena adanya jaminan berupa Surat Berharga Negara (SBN) atau Obligasi.
“Perubahan ini diharapkan mampu mendorong BPD untuk mengembangkan potensi bisnis dan layanan perbankan menuju arah yang lebih kompetitif dan pada ujungnya dapat menciptakan pendalaman pasar financial di Indonesia (financial market depening),” ungkap Bambang Tribaroto, Corporate Secretary Bank BRI.
Sekadar gambaran umum, pasar modal Indonesia di sektor pasar surat utang, sepanjang tahun 2017 merefleksikan peningkatan yang sangat positif. Hal ini, terlihat dari kenaikan Indonesia Composite Bond Index (CBI) sebesar 34,53 basis poin (bps) selama periode 2017 dari 208.45 secara pada Desember 2016 menjadi 242,98 secara year on year.
Saat ini, total volume transaksi Repo Bank BRI dan seluruh bank sepanjang tahun 2017 mencapai Rp55.56 triliun. BRI telah melakukan penandatangan GMRA dengan 59 bank pelaku pasar dimana 26 bank adalah BPD yang telah menjalin kerjasama aktif dan sinergis dalam pemenuhan likuiditas melalui transaksi Repo/Reverse Repo, Pasar Uang Antar Bank (PUAB), maupun melalui Rekening Antar Bank Passiva dan Rekening Antar Bank Aktiva.