GAR Berhasil Capai 100 % Kemamputelusuran ke Perkebunan Sawit

Adhitya Himawan Suara.Com
Kamis, 01 Maret 2018 | 00:30 WIB
GAR Berhasil Capai 100 % Kemamputelusuran ke Perkebunan Sawit
Sebuah truk mengangkut komoditi kelapa sawit di Ketapang, Kalimantan Barat [Suara.com/Adhitya Himawan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Golden Agri-Resources (GAR) mengumumkan keberhasilan perusahaan dalam mencapai 100% kemamputelusuran hingga ke perkebunan (Traceability To the Plantation) bagi seluruh 44 pabrik GAR milik sendiri. Dengan capaian yang telah berhasil diselesaikan di tahun 2017, kini 39 persen dari produksi total minyak kelapa sawit GAR bisa ditelusuri sepenuhnya.

Secara bersamaan, GAR kini bekerjasama dengan 427 pemasok independen lainnya untuk memetakan rantai pasokan mereka, dan berupaya mencapai 100% kemamputelusuran hingga ke perkebunan di akhir 2020.

Proses penyelesaian tahap pertama dari rencana GAR mencakup penelusuran tandan buah segar (TBS) yang dibeli dari pedagang dan petani mandiri maupun yang berasal dari perkebunan milik GAR dan petani plasma. Dengan capian kemamputelusuran hingga ke perkebunan sepenuhnya untuk pabrik pengolahan milik GAR, kini perusahaan dapat menjangkau lebih dari 70 pedagang yang membeli dari 11.000 petani swadaya yang mengelola lahan seluas lebih dari 44.000 hektar.

“Setelah kami mencapai 100 persen kemamputelusuran hingga ke pabrik di tahun 2015, kami memulai sejumlah upaya yang dinilai ambisius untuk industri ini – yaitu menelusuri lebih dari tujuh juta ton kelapa sawit melalui 471 pabrik pengolahan hingga ke perkebunan tempat ditumbuhkannya buah kelapa sawit tersebut. Melalui perjalanan ini, kami membuat kemajuan pesat dalam melibatkan ribuan petani dan pemasok independen kami, dan dengan dukungan para mitra, kami yakin untuk meraih ambisi kami di tahun 2020,” ungkap Franky Oesman Widjaja, CEO GAR di Jakarta, Rabu (28/2/2018).

“Kemamputelusuran tidak hanya berarti kita dapat menjamin sumber bahan baku kami, namun hal ini juga membentuk tulang punggung dari upaya kami untuk melibatkan para pemasok menuju perubahan yang lebih baik. Sebelum kami dapat membantu mereka mengubah bisnis mereka dan bergabung bersama kami untuk membangun industri kelapa sawit yang lebih bertanggung jawab dan tahan banting ini, pertama-tama kami harus mengetahui latar belakang mereka.,” tambah Agus Purnomo, Managing Director Sustainability and Strategic Stakeholder Engagement at GAR dalam kesempatan yang sama.

Mencapai Kemamputelusuran untuk Pemasok Pihak Ketiga

Tahap kedua, yang dilaksanakan secara simultan, adalah mencapai kemamputelusuran penuh untuk pemasok independen pihak ketiga ke pabrik GAR. Dengan memanfaatkan pengalaman GAR dalam melibatkan para petani akan memungkinkan pemasok pihak ketiga untuk mengimplementasikan proses meraih kemamputeluran penuh untuk mereka, dengan tujuan mencapai kemamputelusuran penuh di akhir tahun 2020.

Di 2017, GAR telah mengunjungi lebih dari 40 pabrik untuk melakukan penilaian kepatuhan terhadap praktik-praktik perkebunan kelapa sawit yang bertanggung jawab seperti yang tertera di Kebijakan Sosial dan Lingkungan GAR atau GAR Social and Environmental Policy (GSEP). Hasil analisa dari kondisi tiap pemasok ini memungkinkan GAR untuk menciptakan bentuk dukungan yang tepat dan strategi intervensi yang sesuai, dan membantu mereka mengimplementasikan praktik-praktik yang bertanggung jawab.

Pendekatan Inklusif dengan Mitra untuk Mendukung Para Pemasok

GAR bekerja dengan jejaring para mitra untuk mendukung pemasok independen melaksanakan proses penelusuran dan proses verifikasi, dan memberikan dasar untuk memastikan kepatuhan dengan GSEP.

Geotraceability

Geotraceability (GeoT) menggunakan solusi peranti lunak mereka untuk membantu para pemasok, termasuk pabrik skala kecil dan menengah, untuk mengumpulkan informasi penelusuran. GAR dan GeoT telah membangun pendekatan yang inklusif untuk meningkatkan transparansi rantai pasokan, yang membuat seluruh pemasok untuk bergabung terlepas dari apapun level pengetahuannya.

Pierre Courtemanche, CEO dari GeoTraceability mengatakan,”Kemamputelusuran dan upaya untuk merangkul pemasok adalah sebuah proses pengembangan yang terus berjalan. Peranti lunak kami terus dikembangkan, dilakukan ujicoba dan tingkatkan dengan lebih dari 250.000 petani swadaya di dalam basis data kami. Para produsen ini bukan hanya sekedar angka namun juga partisipan aktif dalam rantai pasokan yang dinamis dan bisa ditelusuri. Seperti yang GeoT temukan dalam sektor lainnya, produsen kelapa sawit yang paling progresif kini menyampaikan pesan bahwa dalam waktu dekat, sumber yang tidak transparan tidak akan bisa diterima. Pabrik-pabrik yang terlibat dengan program-program dukungan pembeli kini akan menjadi pihak yang akan menjadi pihak yang diuntungkan belakangan hari.”

Koltiva

Koltiva membantu melakukan verifikasi sumber-sumber komoditas berkelanjutan mulai dari petani swadaya melalui aplikasi pada situs dan mobile. Hingga kini, Kotiva Field Agents telah mendaftarkan 16 agen minyak kelapa sawit (pengepul/pedagang), memetakan dan verifikasi 9.105 hektar perkebunan yang dimiliki atau dikelola oeh 4.168 petani dan memberikan informasi untuk meningkatkan produksi mereka, praktik-praktik pertanian dan cara hidup, dan mendukung akses mereka ke rantai pasokan internasional.

“Inisiatif yang memakan banyak waktu dan sumber daya tidak hanya mendukung komitmen GAR dalam menjadi produsen kelapa sawit terdepan dan berkelanjutan, namun juga memperbaiki penghasilan, standar hidup dan jejak lingkungan petani swadaya,” ungkap Ainu Rofiq, Direktur Eksekutif PT Koltiva.

Neste

GAR juga memahami bahwa pelanggan bisa memainkan peran penting untuk mengarahkan perubahan positif dalam industri kelapa sawit. Pada bulan Maret 2017, GAR dan Neste bermitra dalam sebuah proyek untuk mengidentifikasi, memetakan dan membuat profil lebih dari 3.000 petani swadaya yang tersebar di 14 desa di Kabupaten Siak. Wilayah ini merupakan wilayah yang terbanyak memproduksi kelapa sawit di Riau, sebuah provinsi dimana petani swadaya memiliki dan mengelola 25 persen dari keseluruhan area perkebunan. Setelah selesai, data-data ini akan digunakan untuk fase berikutnya dalam program kemamputelusuran hingga perkebunan GAR. Para pihak ini juga akan bekerjasama dengan para petani swadaya untuk mengatasi kerentanan yang muncul dari hasil penilaian mereka.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI