Pahala Mansury menjelaskan jumlah tersebut meningkat 3,5 persen dibandingkan tahun 2016 sebesar 35 juta penumpang. "Garuda Indonesia mengangkut 24 juta penumpang dan Citilink sebanyak 12,3 juta penumpang," katanya.
Menurut Pahala, tingkat keterisian pesawat tercatat sebesar 73,4 persen untuk Garuda Indonesia pada tahun 2017, naik dari tahun sebelumnya sebesar 73,1 persen.
Dengan capaian tersebut, pendapatan perusahaan mencapai 2,61 miliar dolar AS, naik 1,6 persen dari capaian tahun 2016 sebesar 2,57 miliar dolar AS.
Ada pun tingkat keterisian pesawat untuk Citilink mencapai 79,8 persen, naik dari tahun sebelumnya sebesar 76,8 persen dengan pendapatan 511,2 juta dolar AS, naik 13,9 persen dari capaian tahun 2016 sebesar 448,6 juta dolar AS.
Garuda Indonesia mencatatkan total kerugian sebesar 213,4 juta dolar AS (setara Rp2,88 triliun, kurs Rp13.500) pada tahun kinerja 2017, turun 2,38 persen dibandingkan kerugian pada 2016 sebesar 9,36 juta dolar AS (setara Rp126,36 miliar).
Kerugian disebabkan oleh biaya khusus dari pembayaran amnesti pajak sebesar 137 juta dolar AS juga denda atas kasus persaingan bisnis kargo dengan Australia sebesar 7,5 juta dolar AS pada kuartal kedua 2017.
Kendati merugi, capaian pendapatan operasional perusahaan mencapai 4,2 miliar dolar AS, meningkat 8,1 persen dibandingkan 2016 sebesar 3,9 miliar dolar AS.
Maskapai plat merah itu juga berhasil mencatatkan tingkat keterisian penumpang sebesar 74,7 persen dengan tingkat ketepatan waktu (on time performance/OTP) sebesar 86,4 persen. (Antara)