Suara.com - Antara tahun 2010 sampai 2017, Indonesia mengalami kelangkaan garam. Produksi garam dalam negeri menurun.
Kelangkaan terparah terjadi tahun 2010, lalu berlanjut di 2014, 2016 sampai tahun lalu. Parahnya, Indonesia adalah negara yang punya garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada.
Penulis 'Hikayat Si Induk Bumbu', Misri Gozan mengatakan salah satu faktornya adalah cara produksi garam di Indonesia yakni di pulau Jawa dan Madura masih tradisional. Sehingga jika terjadi hujan, para penambak garam gagal panen.
"Di Indonesia lebih banyak produksi garam secara tradisional dan nyaris tanpa teknologi. Selain itu faktor alam mempengaruhi produksi garam," kata Misri dalam diskusi dan bedah bukunya di Resto Bebek Bengil, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis (22/2/2018).
Baca Juga: 2020, Luhut Ingin Indonesia Berhenti Impor Garam
Dia menjelaskan garam tak hanya penyedap rasa belaka. Namun juga bahan baku utama aneka produksi industri.
Persoalannya nyaris tidak ada perubahan fundamental dalam cara pembuatan garam di negeri ini. Petani garam mengalirkan air ke ladang, lalu mengandalkan panas matahari untuk mengucapkan air laut yang akan membentuk kristal garam.
"Cara ini sudah dipakai lebih dari 500 tahun. Cara membuat garam Indonesia itu rendah secara kualitas dan kuantitas, lalu kalah saing dari garam luar negeri. Kualitas garam dalam negeri sama sekali belum bisa memenuhi standar kebutuhan industri," ujar dia.
Sementara itu, Ekonom Universitas Indonesia Faizal Basri yang juga sebagai penulis buku 'Hikayat Si Induk Bumbu' ini menilai panjang pantai sebuah negara belum tentu penghasil garam terbanyak.
"Salah satu negara produsen garam yang paling besar adalah Cina. Padahal dia bukan negara yang garis pantainya masuk 10 besar di dunia, justru Indonesia garis pantainya jauh lebih panjang," kata Faizal.
Baca Juga: Garam Industri Tak Bisa Diperjual Belikan Ke Pasar Konsumsi
Selain itu, lanjutnya, ada India sebagai negara yang produksi garamnya nomor tiga terbesar di dunia. India juga mengimpor garam.