Suara.com - Prof Manlian Simanjuntak, Guru Besar Fakultas Desain dan Teknik Perencanaan, Universitas Pelita Harapan, Tangerang, Banten, menyatakan keprihatinanya saat mencermati kecelakaan dalam proyek pembangunan jalan tol Becakayu, Jakarta Timur, Selasa dini hari (20/2/2018).
"Telah berkali-kali saya mengingatkan, ketika kita mempelajari suatu kegagalan konstruksi, cakrawala pengertian kita harus holistik," kata Manlian dalam keterangan tertulis, Selasa (20/2/2018).
Manlian mencatat bahwa ada beberapa pandangan dan rekomendasi yang penting diperhatikan oleh pemerintah. Pertama, Presiden Joko Widodo harus segera tanggap, respon dan evaluasi kinerja Kementerian yang terkait dengan pembangunan fisik. Upaya ini membutuhkan evaluasi lintas Kementerian.
"Respon Presiden dan seluruh pihak adalah bukti komitmen. Ternyata tidak cukup komitmen Kementerian PUPR ditambah Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan. Sepertinyap Kementerian terkait lainnya wajib untuk duduk bersama," jelasnya.
Kedua, sampai saat ini, kajian tentang peristiwa kecelakaan ini belum lengkap data teknis yang diterima. Namun kajian visual dapat disimpulkan bahwa kegagalan konstruksi Proyek Jalan Tol Becakayu terjadi saat proses konstruksi.
"Metode Konstruksi dengan proses cetak di tempat Elemen Struktur Vertikal (Pier Head) terlihat gagal. Cek metode pelaksanaannya, cek formworknya, cek scheduling, cek human system, cek SOP dan lain-lainya," ujarnya.
Ketiga, komitmen pemerintah daerah yang belum mensosialisasi hasil kajian kegagalan konstruksi yang lalu juga penting sebagai respon komitmen. Keempat, komitmen profesional konstruksi juga harus dibuktikan dengan sikap jujur apakah benar proses konstruksi berjalan baik? Minimal apakah sudah melibatkan perancang, pembangun, penyedia bahan & alat.
"Kelima, komitmen pemberi tugas atau pengguna jasa harus lebih pro aktif daripada penyedia jasa (konstruksi,red). Segera tindak lanjuti sekarang juga," tutupnya.