Suara.com - PT Bank Tabungan Negara Persero Tbk berencana mengajukan utang bilateral sebesar Rp5 triliun - Rp7 triliun tahun ini. Langkah ini ditempuh untuk mempertebal pendanaan dalam ekspansi bisnis.
Kepastian ini diungkapkan oleh Direktur Keuangan dan Treasuri BTN, Iman Nugroho Soeko, di Jakarta, Selasa (13/2/2018). Menurutnya, pinjaman bilateral BTN itu merupakan bagian dari rencana pendanaan non-konvensional perseroan yang sebesar Rp18 triliun tahun ini.
Ia memaparkan bahwa saat ini BTN membutuhkan kapasitas pendanaan yang besar. Antara lain karena target bisnis 2018 yang cukup agresif. Ini terlihat dari target pertumbuhan laba yang lebih dari 25 persen (tahun ke tahun/yoy) dan kredit yang 24 persen (yoy).
"Pinjaman bilateral sekitar Rp5-7 triliun tahun ini, kita masih liat untuk waktu dan apakah dari lokal atau luar," ujar dia.
Selain pinjaman bilateral, bank pelat merah tersebut juga mengincar pendanaan non-konvensional untuk sekuritisasi aset sebesar Rp2 triliun, obligasi subdebt Rp2 trilun, sertifikat deposito (NCD) Rp7-9 triliun.
Di luar dana non konvensional, BTN pada tahun ini juga mengincar pertumbuhan Dana Pihak Ketiga sebesar 19-22 persen dari perolehan 2017 yang sebesar Rp192,9 triliun.
Dari sisi permodalan, BTN berencana untuk menjaga posisi rasio kecukupan modal atau CAR di level 16-18 persen.
Sampai akhir tahun 2017, BTN meraup laba bersih Rp3,02 triliun atau naik 15,5 persen. Sementara pertumbuhan penyaluran kredit BTN naik 21 persen menjadi Rp164,4 triliun.