Buka Raker Kemendag, Jokowi 'Semprot' Menteri Enggartiasto Lukita

Reza Gunadha Suara.Com
Rabu, 31 Januari 2018 | 21:45 WIB
Buka Raker Kemendag, Jokowi 'Semprot' Menteri Enggartiasto Lukita
Presiden Joko Widodo didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla memimpin rapat terbatas tentang investasi di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu (31/1).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Joko Widodo menyampaikan rasa tidak puas atas kondisi ekspor Indonesia yang rendah bila dibandingkan negara tetangga Malaysia, Vietnam, dan Thailand.

"Ini ada yang keliru dan harus ada yang diubah. Ini tanggung jawab saudara sekalian," ujar Presiden Joko Widodo, saat membuka rapat kerja bersama Kementerian Perdagangan di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1/2018).

Dia lantas membandingkan nilai ekspor Thailand pada 2016 lalu yang mencapai USD231 miliar dan Vietnam yang mencapai USD160 miliar, sementara Indonesia hanya mencapai USD145 miliar.

"Kalau kita terus begini bisa kalah dengan Kamboja dan Laos," tambah dia.

Presiden kemudian meminta Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita untuk jeli, dan melihat hal-hal yang membuat Indonesia kalah dalam nilai ekspor dibandingkan negara tetangga.

"Tolong Pak Menteri [Enggartiasto] secara detail dievaluasi dan apa yang harus dilakukan. Jangan raker tapi tidak memunculkan sesuatu yang baru dan tidak memunculkan ide baru untuk bersaing," tegas Jokowi, panggilan akrab presiden.

Menurut Presiden, Kementerian Perdagangan saat ini masih berkutat pada pasar tradisional sehingga tidak melihat ada peluang pasar di negara lain.

"Kita tidak lihat Pakistan penduduknya 270 juta dibiarkan dan tidak diurus. Bangladesh, misalnya, penduduknya 160 juta. Ini pasar besar, meski sudah surplus tapi angkanya terlalu kecil," tambah dia.

Selain itu, Presiden juga mengingatkan agar proses impor bahan baku untuk industri di Indonesia tidak dipersulit.

Menurutnya, banyak industri di Indonesia yang masih membutuhkan impor bahan baku sebanyak 10-20 persen, sehingga jika dipersulit maka akan mengganggu proses produksi industri Indonesia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI